Sya’ban Bulan Investasi Pahala
Prof Ahmad Rofiq
OPINIJATENG.COM – Segala puji dan syukur hanya milik Allah.
Doa kita kala kita diberi umur panjang dan hidup di bulan Rajab, adalah “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, sampaikan (umur kami) hingga bulan Ramadhan dalam keadaan sehat afiat dan cita-cita kami tersampaikan”.
Hari ini kita sudah berada di 2 Sya’ban 1433 H.
Semoga ini menjadi tanda bahwa doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala.
BACA JUGA: Kalam UIN Walisongo Harapkan Gedung Alumni
Bukan Sya’ban merupakan Bulan Rasulullah saw, sebagaimana sabda beliau: “Bulan Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. Secara bahasa Sya’ban artinya bercabang-cabang. Karena secara istilah, ibadah di bulan Sya’ban dicabang-cabangkan pahalanya, atau dalam bahasa yang lebuh sederhana, dilipatgandakan. Karena itu, saya memberanikan diri menyebut bahwa bukan Sya’ban adalah bulan investasi pahala.
Mari kita nikmati hidup di dunia ini, dengan memberi nilai tambah ukhrawi, supaya hidup ini menjadi lebih bermakna dan menjadi lahan investasi pahala kita untuk kehidupan yang abadi.
Allah ‘Azza wa Jalla mengingatkan kita: “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan didunia Kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian di akhirat” (QS. Asy-Syura (42): 20).
Bagi pembaca yang lagi belajar, maka niatkan ibadah memenuhi kewajiban mencari ridha Allah, jangan lupa membaca basmalah dan berdoa setiap memulainya.
BACA JUGA:Menulis dan Berbisnis ala Ummi Aleeya
Apalagi bagi orang yang belajar ilmu agama dan dikehendaki Allah mendapat kebaikan, Allah akan memahamkan dan memudahkannya. Riwayat dari Muawiyah bin Abi Sufyan, Rasulullah saw bersabda: “Man yuridi Allâhu bihî khairan yufaqqihhu fî d-dîn” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Saya mendapatkan buku yang menjelaskan keutamaan Nishf Sya’ban, berjudul “Husnul Bayân fî Lailatin min Sya’bân”yang ditulis oleh Abdullah bin Muhammad bin Ash-Shiddiq al-Ghimary, cet. Ke-2, 1405 H/1985 M. Keseluruhan termasuk daftar isi terdiri dari 42 halaman. Tema Nishfu Sya’ban ini menarik. Ada Al-Îdhâh wa l-Bayân limâ Jâa fî Lailatin Nishfi min Sya’bân karya Ibnu Hajar Al-Haitami al-Faqîh asy-Syâfi’î dan Mâ Jâa fî Syahri Sya’bân karya Al-Hafidh Abu al-Khathab bin Dihyah Al-Andalusy.
Dalam buku ini dikutip banyak hadits yang meriwayatkan tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban.
Malam itu adalah malam diampuninya dosa-dosa hamba yang memohon ampunan, kecuali mereka yang menyekutukan Allah dan masih menyimpan dendam kusumat kepada orang lain.
BACA JUGA:Rekaman Menag Dipelintir, Ajak Umat Budayakan Tabayun
Manusia yang dalam pepatah berbahasa Arab disebutkan summiya l-Insânu li katsrati nisyânihi atau “disebut manusia karena banyak lupanya” atau al-insân mahallu l-khatha’ wa n-nisyân artinya “manusia adalah tempatnya keliru dan lupa”.
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda: Kullu banî Âdama khaththâûn wa khairu l-khththâin at-Tawwâbûn artinya “Setiap anak cucu Nabi Adam as adalah sering berbuat keliru dan sebaik-baik orang yang sering berbuat keliru adalah orang-orang yang bertaubat (memohon ampunan kepada Allah)” (Riwayat At-Tirmidzy , Ibnu Májah, Ad-Dârimy dan Ahmad).
Kala seorang hamba diampuni, maka hamba serasa berada sangat dekat dengan
Allah, dan kala itu ibadah baik mahdhah (vertikal) maupun ghairu mahdhah (horizontal) dilaksanakan, diterima oleh Allah dan doanya dikabulkan.
Dalam konteks inilah, bulan Sya’ban dipersiapkan oleh Allah untuk menggladi hamba-hambaNya mempersiapkan diri memasuki bukan suci Ramadhan, yang ditunggu-tunggu dan dinantikan setiap hamba-hamba yang menginginkan keshalihan ritual dan sosial.
BACA JUGA: Taj Yasin: Isra Miraj Sebagai Inspirasi Sains dan Perintah Shalat 5 Waktu
Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada suara yang lebih dicintai Allah kecuali suara seorang hamba yang berlumuran dosa yang bertaubat memohon ampunan kepada Allah yang berdoa, Ya Tuhan”, kemudian Tuhan berfirman: “Aku penuhi panggilanmu wahai hamba-Ku, mintalah apa yang kamu inginkan? Kamu hamba-Ku seperti sebagian Malaikat-Ku, Aku dari arah kananmu, dari arah kirimu, dari arah atasmu, dan dekat dari dalam hatimu. Saksikanlah wahai Malaikat-Ku, sungguh Aku telah mengampuninya”(lihat juga dalam Mustadrak al-Wasâil juz 5 hlm. 318).
Semoga selama dalam bulan Sya’ban ini kita diberi kemudahan dan keikhlasan hati oleh Allah, untuk lebih banyak berinvestasi pahala yang sudah Allah janjikan dilipatgandakan, sebagai bekal persowanan kita kepada-Nya, dan kita memiliki cukup cadangan. Tentu kita tidak boleh memiliki perasaan yang cukup dengan amal kita, karena tidak sepantasnya kita seperti itu. Kita pasrahkan semuanya masa depan kita kepada kemurahan dan fadhal dari Allah. Hasbunâ Allâh wa ni’ma l-wakîl ni’ma l-maulâ wa ni’ma n-nashîr artinya “cukuplah Allah sebagai tempat diri kita, dan sebaik-baik penolong kami”.
Allah a’lam bi sh-shawab. Bandung, 5/3/2022.
*) Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA., pelayan ilmu di Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah, Ketua DPS Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, Direktur LPH-LPPOM-MUI Jawa Tengah.***