5 Oktober 2025 00:51

Museum Jenang-Gusjigang Kudus Sabet Rekor Dunia

0
WhatsApp Image 2022-09-18 at 09.56.24

Museum Gusjigang-Jenang Kudus adalah destinasi wisata yang akan menyempurnakan nilai-nilai filosofi dan kesejarahan yang diajarkan oleh Sunan Kudus

Oleh Ahmad Rofiq

OPINIJATENG.COM – Bagi Anda yang hoby ziarah ke makam Syeikh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus dan Syekh ‘Umar Said atau Sunan Muria di Kudus juga, serta traveling khususnya kuliner nusantara yang khas Kudus, maka museum Gusjigang-Jenang Kudus adalah destinasi wisata yang akan menyempurnakan nilai-nilai filosofi dan kesejarahan yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Tak lengkap rasanya ziarah ke Kudus, jika tidak mengunjungi Museum GusJiGang-Jenang Mubarok.

Pada 16/9/2022 Museum Rekor Dunia-Indonesia, menetapkan Museum Jenang Kudus, sebagai pemecah rekor Museum Jenang Pertama di Indonesia. Penganugerahan Rekor MURI tersebut, akan digelar Kamis, 22/9/2022 di Galeri Museum Rekor-Duia Indonesia Mall of Indonesia Lt. LG- Jl. Boulevard Barat, Kelapa Gading Jakarta, 14240, yang akan diterima langsung oleh Direktur Utama Mubarok Food Cipta Delicia, Mas Kyai Muhammad Hilmy. Jenang 33 pengembangan produknya sangat bervariasi, merupakan perintis kuliner Jenang Kudus.

Mas Kyai Hilmy, tidak hanya sekarang menerima penghargaan MURI. Karena pada Juli 2012, Rekor Dunia Mahakarya Kebudayaan, telah memberikan penghargaan sebagai pemecah Rekor Pemrakarsa Tabuh Terbang Papat Terlama. Kalau anda mendengar bunyi terbang, tentu asosiasi Anda adalah alunan bunyi terbang yang mengiringi shalawat dan salam, sebagai pujian dan doa ungkapan cinta kepada Rasulullah saw dan sebagai “password” pembuka dan pengurai berbagai macam kesulitan Anda, dan akan segera menemukan jalan keluar (makhraja).

BACA JUGAHUT Ke-31, BPR Kedung Arto Resmi Jadi BPR Syariah

Museum tersebut merupakan hasil dari proses kreatif dan innovatif cerdas Mas Hilmy, alumnus pesantren dan berdarah pedagang, dalam mengolah rasa dan spirit filosofis-sufistik, sehingga lahir Museum Jenang yang diidentifikasi dengan filosofi GusJiGang. Gusjigang atau “baGus” – ngaJi – dan daGang – yang menjadi motto, spirit, dan sekaligus “identitas” warga Kudus, adalah bagus akhlaknya, mengaji – kitab kuning dan ilmu keagamaan yang memadai, dan dagang sebagai mata pencaharian. Tentu pada awalnya, ini cerminan warga kota Kudus, yang dikenal memang para pedagang. Akan tetapi, jika kita telusuri, Rasulullah saw sendiri memberikan contoh dan teladan kepada umat pengikutnya, untuk berdagang. Beliau bersabda: “’Alaikum bi t-tijarah fa inna fiihaa tis’atu a’syari r-rizqi” artinya “berdaganglah kamu sekalian, karena di dalamnya adalah 9/10 rizqi”.

Kala saya berkesempatan mengunjungi Museum Jenang Mubarok, 5/8/2020, inisiasi Mas Kyai Hilmy, generasi ketiga-Jenang 33 sudah mendunia. Sudah sangat banyak memang para tokoh-tokoh nasional yang berkunjung di museum ini. Bahkan para tokoh yang berkunjung, pun diabadikan di dalam tayangan elektronik yang setiap hari – kecuali hari libur – bisa disaksikan di ruang rapat. Saya yakin museum ini menjadi bagian paket “Kudus Halal Tourism” yang menjadi asset dan wisata edukasi yang akan mendongkrak perekonomian warga Kudus.

Museum Jenang pertama terletak di Jl. Sunan Muria No. 33 Glantengan Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, kodepos 59313. Awalnya pengunjung diajak mengenali tokoh generasi ke-2, H.A. Shochib-Hj.Istifaiyah. Setelah itu, ada pasar “bubar” di dekat Menara Kudus, yang menjual bahan-bahan pokok jenang. Gambar dapur tempat pekerja mengolah yang membuat jenang, ditempatkan di belakang berdekatan dengan dua pakaian adat yang disediakan untuk berfoto para pengunjung dewasa, dan berfoto “mengaduk” pembuatan jenang di kawah besar. Boleh jadi memang beda tafsir dan pemahaman, antara pekerja seni dan pengunjung seperti saya.

Edukasi visual tentang kewirausahaan, ditanamkan sebagai aktifitas bukan semata soal bisnis semata, tetapi merupakan ajaran sangat penting dan mahal Rasulullah saw. karena berwirausaha adalah “sebaik-baik pekerjaan adalah berwirausaha dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik”  (afdlalu l-kasbi ‘amalu r-rajuli biyadihi wa kullu bai’in mabruur, Riwayat Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).

Karena itulah, agar para santri dan pengunjung diajak berkontemplasi dengan mencermati miniatur Menara Kudus dan Masjid Al-Aqsha lengkap dengan bangunan Tajug Makam Sunan Kudus. Siapa sosok Syeikh Ja’far Shadiq, bagaimana kiprah, metode dakwah, dan penjelasan mengapa model bangunan Menara seperti arsitektur pura di Bali, mengapa masyarakat Kudus hingga sekarang tidak terbiasa menyembelih sapi, karena awalnya adalah praktik kongkrit bagaimana nilai-nilai toleransi ditanamkan dalam masyarakat.

Demikian juga metode dakwah yang ini sangat penting untuk diketahui secara singkat di caption museum atau diorama museum jenang. Syeikh Umar Said, Sunan Muria, dan miniatur Masjid yang berada di puncak gunung Colo Dawe Kudus, termasuk oleh-oleh khas “pari jotho” dan “ganclongnya” dan tentu penjelasan mengapa Syeikh Umar Sa’id mengapa memilih di puncak gunung dalam berdakwah dan dimakamkan.

BACA JUGAMa’had Aly TBS Kudus Wisuda Calon Ahli Falak

Setelah itu, pengunjung dikenalkan bangunan ukir rumah gebyog ukir antik dengan atap “langit” yang mengingatkan saya ketika berkunjung di museum Sultan Ahmad II Ketika menaklukkan Kostantinopel di Turkey. Selanjutnya, pengunjung diajak ke suatu ruangan yang banyak berisi tentang Filosofi dan Makna Gusjigang bagi masyarakat Kudus. Ada banyak ilustrasi yang disampaikan oleh para tokoh nasional melalui lantunan puisi-puisi tentang Gusjigang. Melalui Museum Gusjigang ini, ada message yang ingin menyatukan umat, karena itu di ruangan ini dipajang foto-foto pimpinan PB NU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) dan PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah dan di atasnya tertulis “Berilah Satu Kata Seribu Karya Demi Umat dan Bangsa, Jadilah Perekat Umat”. Ungkapan tersebut, merupakan nilai dan modal dasar, bahwa ikhtiar mewujudkan “baGus-ngaJi-daGang” tidak bisa diwujudkan jika terjadi perpecahan, konflik, dan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Karena itu dibutuhkan perekat yang bisa menyatukan anak bangsa.

Di sebelahnya, dipajang 7 (tujuh) Mushaf Al-Qur’an besar – dan masih banyak mushaf Al-Qur’an kecil-kecil di kotalkaca di bawah mushaf yang paling besar di tengah, tulisan tangan yang tahunnya masih perlu dicari kejelasannya. Ada Al-Qur’an 30 juz, kertas kuno, ditemukan di ponpes Jawa Timur, belum jelas tahunnya. Ada yang ditulis di daun lontar, koleksi Bapak Panji Hanief Gumilang (Salatiga), ada dari kolektor di Banyumas, ada Al-Qur’an 30 juz mini dari Istanbul Turkey, koleksi dari Jombang Jawa Timur, ada juga yang dari bahan kulit berasal dari Kalimantan Timur.

Setelah itu Anda diajak ke ruangan seakan-akan Anda berada di pelataran Ka’bah. Kalau Anda mengambil gambar di situ, dan Anda kirim ke teman, Anda akan didoakan, semoga umrah atau hajinya mabrur. Masih ada “kawasan” berdagang, maka yang ditampilkan adalah sosok Nitisemito, juragan rokok yang sangat legendaris dengan symbol tiga bola. Bayangkan waktu itu, Nitisemito memasarkan rokoknya, sudah menggunakan pesawat terbang. Dan di ruangan itu, juga baling-baling pesawat terbang terus memutar, yang mengajak Anda terbang. Di sebelahnya ada miniature kereta yang berjalan terus dengan bunyi klakson khas kereta. Sambil menikmati suasana rumah kembar “warisan” Nitisemito, yang “dibelah” Kaligelis, Anda bisa berfoto dan menyaksikan Rumah Kapal dan sosok Sosorokartono – kakak kandung RA. Kartini – yang merupakan lulusan Sekolah Teknik Tinggi Leiden, yang merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan di Belanda.

Selamat dan sukses Mas Kyai Hilmy, Museum Jenang-Gusjigang yang pertama di dunia. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa melimpahi keberkahan, semakna dengan namanya Mubarok – Mubarak, kreatifitas dan innovasi Anda, ditunggu masyarakat.

 

 

Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Alumnus TBS Kudus, Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat, Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat, dan Ketua BPRS Kedung Arto Semarang.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version