4 Oktober 2025 15:50

Menko Polhukam Mahfud MD Senang Bertemu Kiai Fadhlolan Musyaffa’: Sekarang Pesantren Mewah-mewah dan Diasuh Kiai Berwawasan Luas

0
Fadholan Musyafa dan Mahfud MD

Pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan Semarang Dr KH Fadlolan Musyaffa' Lc MA, foto bersama Menko Polhukam Mahfud MD di sela Halaqah Ulama di ponpes itu, Sabtu, 10 Desember 2022.

PORTAL PEKALONGAN – Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Indonesia menyatakan senang diundang sebagai pemateri Halaqah Ulama Jawa Tengah, di Ponpes Fadhlul Fadhlan, Semarang, Sabtu, 10 Desember 2022.

Terlebih lagi yang mengundang adalah Pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan Semarang Kiai Fadhlolan Musyaffa’.

Mahfud MD yang memiliki nama lengkap Prof Dr H Mohammad Mahfud Mahmodin SH SU MIP menyatakan bangga dengan kondisi pondok pesantren saat ini.

“Dulu, pesantren itu kumuh-kumuh. Sekarang pesantren itu bersih, mewah, sehingga para santri bisa belajar dengan nyaman,” kata Mahfud MD saat menjadi pemateri Halaqah Ulama.

BACA JUGA:SMSI Jateng dan Peradi Semarang Bentuk LBH Lindungi Para Warga yang Sedang Menari Keadilan

Mantan Pimpinan Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia itu juga mengaku merasa bangga melihat dengan pengasuh ponpes yang berwawasan luas.

“Saya bangga melihat pesantren yang maju begini dengan kiai pengasuh yang berwawasan tinggi mengikuti perkembangan zaman modern.”

Mahfud MD juga berterus terang dan menyampaikan kesan mendalam terhadap pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan, Dr KH Fadlolan Musyaffa’ Lc MA.

“Saya sangat senang bertemu dengan Yai Fadlolan dan bangga melihat pondok pesantren Fadhlul Fadhlan yang berdiri megah, bersih, dan mempunyai pengasuh yang modern,” katanya.

BACA JUGA: Duduk Bersama, Solusi Relokasi Pasar MAJT Tenangkan Pedagang

Mahfud MD, kelahiran Sampang, Madura, 13 Mei 1957 (usia 65 tahun), diundang oleh Pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) Semarang KH Fadlolan Musyaffa’ menjadi pemateri dalam Halaqoh Ulama Jawa Tengah, Sabtu, 10 Desember 2022.

Mahfud MD menyajikan materi :Peran Ulama Dalam Mengawal Pelaksanaan Hukum dan Perundang-Undangan di NKRI.

Hadir dalam acara tersebut antara lain Rois Syuriah PBNU KH Haris Shodaqoh, Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh, Ketua Umum MUI Provinsi Jateng Dr KH Ahmad Daroji MSi, KH Haidar Muhaiminan Gunardo (Gus Haidar) pengasuh Pondok Pesantren Bambu Runcing Tumanggung, KH Izzudin, Rois Syuriah PCNU Kendal, KH Khumaidi Siroj, serta puluhan ulama Jawa Tengah.

Hadir pula anggota DPD RI dari Jateng Dr H Abdul Kholik, Dr H Wiryanto (Hakim Panitera Mahkamah Konstitusi), dan Kombes Pol Untung (Irwasda Polda Jateng).

Kiai Fadlolan Musyaffa’ mengucapkan terima kasih kepada para hadirin dalam acara Halaqoh Ulama.

“Saya berharap para ulama dapat berperan dalam mengawal pelaksanaan hukum yang berlaku di NKRI. Kiai dan Habaib bagaikan penjaga gawang yang nantinya dapat mengawal pelakasanaan hukum di masyarakat, sehingga hukum dan perundang-undangan akan berjalan baik di masyarakat,” katanya.

Kiai Fadholan berharap agar negeri ini menjadi lebih baik lagi menjadi baldatun toyyibatun.

BACA JUGA:Doa Penghapus Dosa Zina Lengkap Latin dan Artinya, Dibaca di Akhir Qiyamul Lail

“Alhamdulillah para tamu baik Pak Menteri, para ulama dan habaib serta tokoh masyarakat merasa nyaman hadir di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan,” katanya.

“Pesantren ini memang dirancang langsung oleh kiai kami agar menjadi pesantren yang unggul berkualitas baik dari segi keilmuan, kebahasaan, akhlak, serta tempat yang bersih dan nyaman. Semoga pesantren Fadhlul Fadhlan menjadi pusat Pendidikan yang memberikan manfaat keberkahan bagi umat. Aamiin Allahuma Aamiin,” ujarnya.

Siapa sebenarnya Kiai Fadhlolan Musyaffa’ sehingga Menko Polhukam Mahfud MD merasa terhormat dan merasa senang sehingga mau mendatangi undangannya?

Sejak usia 13 tahun, Fadlolan Musyaffa’ telah berpisah dari keluarganya untuk menuntut ilmu.

Orang tuanya, KH Musyaffa’ dan Nyai Hj Sumaryatin mengirim Fadlolan keluar dari desa untuk sekolah dan mondok.

Semenjak nyantri, Fadlolan menerapkan prinsip manajemen waktu, manajemen prioritas, dan manajemen taqarrub ilallah.

“Dengan prinsip tersebut, alhamdulillah segala urusan diberikan kemudahan,” kata Kiai Fadhlolan di Biografi Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc., MA yang diterbitkan laduni.id.

BACA JUGA: Belajar Mencintai Rasulullah Saw dari Guru Sekumpul, Prof Ahmad Rofiq: Tak Terkontaminasi Kepentingan Politik

Kealiman dan semangat Fadlolan dalam tholabul ‘ilmi telah ditunjukkan semenjak menempuh pendidikan dasar.

Fadhlolan kecil – remaja- dewasa menyelesaikan jenjang SD hingga MA dengan akselerasi.

Fadlolan hanya menempuh jenjang SD selama 5 tahun.

Di Madarasah Tsanawiyah atau MTs (setara SMP), Fadhlonan juga merangkap jenjang Madrasah Aliyah (MA) atau setara SMA, kelas 1.

Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah, Fadlolan melanjutkan nyantri ke Pondok Pesantren Al Ma’ruf Bandungsari yang diasuh oleh Kiai Abdul Wahid Zuhdi.

Kiai Wahid Zuhdi adalah murid yang alim allamah dari Prof Dr Sayed Muhammad Al Maliki ( Syech Maliki Saudi ) dan juga santri KH Maemoen Zubair.

BACA JUGA:KH Zulfa Musthofa: Kita Wajib Bersyukur karena Lahir Jadi Orang Indonesia dan 3 Hal Ini…

Kiai Wahid Zuhdi adalah salah satu guru Fadloan yang memberikan pengasuh besar dalam perjalanan mencari ilmu.

Selama nyantri di Bandungsari, hal yang paling dinantikan adalah mengaji dengan Kiai Wahid Zuhdi.

Setiap kali mendengar Kiai Wahid Zuhdi ngendikan, dia selalu merasakan kesejukan dan ketenangan.

Selepas mengaji dengan Kiai Wahid, Fadlolan selalu menyelenggarakan murojaah dan diskusi hingga menjelang Subuh.

Fadlolan muda juga dikenal sebagai jagoan di Pondok Bandungsari.

Dia berhasil memimpin berbagai bahtsul masail dengan sukses.

Padahal, ngaji kepada Kiai Wahid tidak mengkhatamkan banyak kitab.

Namun, dia merasa bahwa ilmunya, perasaannya, semua berasal dari Kiai Abdul Wahid Zuhdi.

BACA JUGA: DPD Anies Kota Semarang Dideklarasikan, Seluruh Indonesia Sudah Terbentuk di 280 Kabupaten Kota di 28 Provinsi

Tidak hanya dalam bahtsul masail, potret kemampuan memimpin Kiai Fadlolan muda juga dapat terlihat dari peran beliau sebagai ketua pondok, ketua ISMA (Ikatan Santri al-Ma’ruf), dan Ketua OSIS.

Sowan nyantri pada tahun 1986, Kiai Fadlolan akhirnya boyong pada tahun 1993.

Mendapat dawuh Kiai Wahid untuk melanjutkan ke Al Azhar Mesir, berkah doa dari Kiai Wahid serta restu dari Abah dan Ibu yaitu KH Musyaffa dan Nyai Hj Sumaryatin, Fadlolan berangkat ke Mesir pada 9 Agustus 1993.

Keberangkatan beliau ke Mesir penuh dengan perjuangan, karena harus meninggalkan Ibu yang saat itu sedang mengidap sakit thalasemia.

Namun, Sang Ibu menguatkan Fadlolan muda untuk tetap melanjutkan pendidikan ke Al Azhar Mesir.

Fadlolan dinyatakan lolos beasiswa Al Azhar sehingga pada saat itu mengantongi dua beasiswa sekaligus, yaitu beasiswa ICMI yang didapat sebelum berangkat ke Mesir dan beasiswa dari Universitas Al-Azhar.

BACA JUGA:Prof Ahmad Rofiq: Melalui MTQN, Indonesia Bisa Cetak Generasi Millenial yang Seperti Ini

Sanad keilmuan Kiai Fadhlolan Musyaffa’ didapatkan dari:

KH Musyaffa’
Kiai Wahid Zuhdi
Prof Dr Sayed Muhammad Al Maliki ( Syech Maliki Saudi )
KH Maemoen Zubair

Demikian artikel mengenai peryataan Mahfud MD mengenai pondok pesantre. Dulu pesantren kumuh-kumuh, sekarang mewah-mewah, sekaligus profil Kiai Fadhlolan Musyaffa’ pengasuh Ponpes Fadhlul Fadhlan Semarang.***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version