Orang Tua Perlu Melek Pendidikan Literasi Digital

Ali Formen PhD (dua dari kanan) menerima Majalah Pendidikan “Merah Putih” dari Kepala SD Nasima, TY Raharjo SPd usai Online Parenting atau kelas orang tua “Pendidikan Literasi Digital Bagi Anak, Perlukah’’ yang diselenggarakan secara daring, Senin 24 Januari 2022.
OPINIJATENG.COM – Hj Nawal Nur Arafah, istri Wakil Gubernur Jawa Tengah, H Taj Yasin Maimoen mengatakan, teknologi informasi berkembang begitu cepat. Warga dunia, khususnya masyarakat Indonesia gagap dalam menerima dan menyikapi perubahan tersebut.
Terdapat kesenjangan lintas generasi, dimana para orang tua sebagian lahir pada masa teknologi informasi belum begitu membumi sementara anak-anak mereka sejak usia dini sudah menemui hiruk pikuk dunia digital.
“Ibarat pisau bermata dua. Pada satu sisi, teknologi informasi bermanfaat dan secara bersamaan pada sisi lain menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua perlu berterima terhadap kondisi lalu mengelolanya dengan kompetensi pendidikan literasi digital yang memadai bagi anak-anak kita,” katanya.
Ning Nawal mengatakan hal itu saat menjadi pembicara kunci dalam Online Parenting atau kelas orang tua yang diselenggarakan secara daring bertema “Pendidikan Literasi Digital Bagi Anak, Perlukah”.
BACA JUGA:Intip Kepribadian Seseorang melalui Tulisan Tangan
Kegiatan tersebut diselenggarakan KB-TK dan SD Nasima Semarang, Senin 24 Januari 2022.
Penyelenggaraannya dilakukan secara kombinasi.
Siaran langsung acara di Aula Parigi SD Nasima Jalan Puspanjolo Selatan 53 Semarang yang diikuti secara daring melalui Microsoft Teams dan Youtube SD Nasima Semarang.
Hadir secara langsung di tempat siaran adalah pemateri, Ali Formen SPd Med PhD pengajar sekaligus pakar pendidikan anak usia dini dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan moderator guru TK Nasima, Indri Setyowati SPd.
Turut hadir Direktur Pendidikan I Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nasima, Sri Budiani MPd, Direktur Litbang YPI Nasima, Supramono MPd, Kepala KB-TK Nasima, Nur Anisah SS MPd, dan Kepala SD Nasima, TY Raharjo SPd, serta 25 guru KB-TK dan kelas I-II SD Nasima.
BACA JUGA:Tes Kepribadian: Siapa Orang Pertama yang Anda Bantu? Pilihanmu Menggambarkan Karaktermu
Nawal Nur Arafah hadir dan menyajikan materi secara daring demikian pula Ketua Pembina YPI Nasima, KH Hanief Ismail Lc, Ketua Pengurus YPI Nasima, Dr Indarti MPd, para organ dan guru YPI Nasima, serta guru dan orang tua peserta didik Sekolah Nasima. Tercatat sebanyak 66 peserta yang hadir melalui Teams dan 394 yang hadir menyimak melalui Youtube.
Literasi Digital
Menurut Ning Nawal, berdasar data survey tahun 2021 terhadap orang tua di Kota Semarang tersaji data, bahwa 73,9% orang tua yang belum menerapkan literasi digital secara sehat.
‘’Baru 26,1% orang tua yang melakukan literasi digital untuk dirinya sendiri terutama untuk anak-anak mereka. Tentunya ini menjadi keprihatinan bersama,” kata Nawal.
Sejalan dengan Ning Nawal, pengajar sekaligus pakar pendidikan anak usia dini dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) Ali Formen mengawali paparannya dengan fenomena kepanikan terhadap dunia digital yang belum juga berakhir.
Gagap digital, kerancuan digital, stres digital, sampai gangguan psikososial dan psikosomatik menurut Ali masih terjadi di mana-mana. Tak hanya Indonesia, negara-negara maju pun seperti Amerika, Australia, dan sebagainya ternyata masih berkutat pada kondisi tersebut.
“Mestinya masa orientasi dan adaptasi itu sudah berakhir karena dinamika digitalisasi itu sudah berjalan satu dekade lebih. Kondisi saat ini sudah bukan the new normal era tetapi sudah the next normal era,” kata PhD lulusan University of Auckland, New Zeland itu.
BACA JUGA:Rahasia Baca 3 Doa ketika Sujud Terakhir dalam Sholat, Manfaatnya Sungguh Luar Biasa
Ali mengajak orang tua untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan mendidik anak-anak tentang literasi digital. Bagaimanapun juga pendidik pertama dan pemegang tanggung jawab terbesar dalam pendidikan anak-anak adalah orang tua.
“Literasi digital itu mengkombinasikan kecakapan digital dengan budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Juga perlu pemahaman bahwa kita saat ini sudah masuk dalam dua tipe kewargaan yaitu warga masyarakat nyata dan warga jagad digital,” kata Ali Formen.***