Pantai Gebyuran, Pantai Mungil dengan Ratusan Spot Estetik
Pemandangan dari jalur tracking Pantai Gebyuran/Dedy Purwono
OPINIJATENG.COM-Selepas puas menikmati keindahan Pantai Watubale, kulajukan sepeda motor ke arah Barat. Tidak sampai satu kilometer, sampailah aku di pertigaan Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Di pertigaan ini, kita akan menjumpai penunjuk arah menuju tiga destinasi sekaligus, Tempat Pelelangan Ikan Desa Pasir, Pantai Lampon/Gebyuran, dan Pantai Surumanis. Tanpa ragu, kubelokkan motor ke arah kiri.
Tidak berapa jauh dari pertigaan Desa Pasir, kita akan melewati tempat pelelangan ikan (TPI). Jika sempat mampir di TPI, perahu yang berjejer dan batu karang berlubang di sisi Barat, bisa menjadi latar foto yang indah. Pagi itu, aku memutuskan jalan terus.
Usai TPI, jalanan akan menanjak tajam dan, walau masih layak, aspalnya tidak terlalu rata. Dari tanjakan ini, mata kita akan dimanjakan bentangan laut lepas, dengan latar Pantai Watubale di sisi Timur. Seusai jalan menanjak, kita akan sampai di percabangan jalan. Kanan ke arah Pantai Surumanis dan kiri ke Pantai Lampon dan Pantai Gebyuran.

Aku memutuskan untuk belok kiri terlebih dahulu. Tidak jauh dari percabangan, terlihat loket Pantai Lampon. Harga tiket sama dengan Pantai Watubale, Rp12.500,00 sudah termasuk parkir sepeda motor.
Hidup itu pilihan, begitupun sesaat setelah memarkirkan motor, kita akan dihadapkan pada percabangan jalan. Lurus menuju ke Gua Wora Dari, Gua Celeng, Tanjung Karangpengantin, dan Pantai Gebyuran, sedangkan turun ke kiri menuju Pantai Lampon. Setelah membeli air mineral sekaligus ngobrol dengan pemilik warung yang ada di parkiran, aku memutuskan untuk mengambil jalan lurus. Oh iya, tiket masuk di awal tadi sudah mencakup semua objek yang di sebutkan sebelumnya ya.
Dua ratus meter, begitu yang tertulis di papan penunjuk ke arah Pantai Gebyuran. Walau, menurut perkiraan pribadi, jaraknya lebih dari yang tertulis, tetapi tenang saja, pemandangan yang memukau, membuat perjalanan tidak akan terasa melelahkan. Apalagi, ada beberapa destinasi lain sebelum benar-benar sampai di Pantai Gebyuran.
Gua Wora Wari menjadi destinasi pertama yang menyapaku. Gua dengan pintu masuk yang cukup lebar ini menarik perhatian karena menyuguhkan pemandangan lorong yang eksotis. Stalaktit dan stalagmit khas wilayah karst Gombong Selatan membuat saya takjub. Apalagi, guanya cukup lapang dan sudah dilengkapi dengan lampu penerangan. Sampai di ujung gua, ada tangga bambu untuk naik tembus ke atas bukit. Akan tetapi, mengingat penglihatan yang kurang baik, aku memutuskan untuk kembali ke pintu gua.
Tidak jauh dari Gua Wora Wari, ada Gua Celeng yang tidak kalah menarik. Konon, penamaan gua ini berdasarkan pada binatang liar yang menjadikan gua ini sebagai rute mencari makan. Gua Celeng lebih sempit dan lebih pendek dari Gua Wora Wari. Di beberapa bagian, kita harus berjalan merunduk agar tidak terbentur langit-langit gua.
Maju sedikit dari Gua Celeng, perjalanan kembali bercabang. Ke kiri menuju Tanjung Karangpengantin, sedangkan ke kanan menuju ke Pantai Gebyuran. Saya langkahkan kaki ke kiri terlebih dahulu.
Jalanan ke Tanjung Karangpengantin cukup sempit dan ekstrem. Bahkan, kita harus turun menggunakan tali tambang untuk sampai di ujung tanjung. Akan tetapi, kaki yang sedikit gemetar akan berganti mulut yang berdecak takjub saat sampai di ujung tanjung. Hamparan laut Selatan yang luas, terutama pemandangan Pantai Menganti di sisi Barat, betul-betul memanjakan mata.
Usai menikmati hembusan angin dan birunya laut di Tanjung Karangpengantin, saya berbalik menuju destinasi utama, Pantai Gebyuran. Walau jalanan terlihat curam, telah tersedia pegangan yang membantu pengunjung untuk turun.
Sampai di bawah, rasa lelah akibat tracking akan langsung lenyap. Pantai Gebyuran benar-benar memanjakan mata. Walau, bentang pantainya cukup mungil, hanya sekitar 60 meter saja, tetapi menyuguhkan nuansa yang luar biasa. Ada beberapa ayunan untuk menikmati debur ombak menyapa batu karang. Sedikit pasir hitam khas pantai-pantai di kawasan karst juga ada di sini. Yang pasti, karena aku datang pagi, belum ada pengunjung lain sehingga terasa benar-benar privat.
Selang beberapa waktu, beberapa pengunjung mulai ada yang datang. Uniknya, rata-rata perempuan yang datang berduaan. Setelah puas melihat beberapa pengunjung yang sibuk berfoto ria, aku memutuskan untuk kembali.
Akan tetapi, aku tidak segera menuju parkiran, tetapi ke arah Pantai Lampon. Aku memilih melewatu jalan terabas berupa jalan setapak. Di atas Pantai Lampon, ada area camping yang cukup luas. Area ini menghadap ke arah timur. Aku berhenti sejenak sambil membayangkan saat-saat matahari terbit dari area camping ini, tentu indah sekali.
Perjalanan tracking kulanjutkan menyusuri jalan setapak yang semakin menurun. Setelah beberapa puluh meter menahan kaki agar tidak tergelincir, sampailah aku di Pantai Lampon. Pantai ini sebenarnya adalah pelabuhan kecil tempat nelayan lokal menambatkan perahunya. Pantai Lampon menawarkan bentang pasir yang lebih luas dari Pantai Gebyuran. Ada juga beberapa ayunan yang bisa dijadikan tempat bersantai sambil menikmati debur ombak di pantai ini.
Aku kembali ke parkiran dengan hati yang begitu puas. Pantai Gebyuran dan Pantai Lampon, dengan segala keunikannya adalah surga bagi pecinta fotografi. Ratusan spot estetik tersedia dalam satu destinasi.
Usai mengunjungi Pantai Gebyuran dan Pantai Lampon, perjalanan kulanjutkan ke pantai yang tidak terlalu jauh. Pantai apakah itu? Ikuti terus petualanganku ya.***