Guru SMP N 1 Banjarnegara Berikan Motivasi Pekerja Indonesia di Jepang

Guru SMP N 1 Banjarnegara Berikan Motivasi Pekerja Indonesia di Jepang/Dok. Dr. Tuswadi
OPINIJATENG.COM-Hiroshima-Dr Tuswadi, guru SMP Negeri 1 Banjarnegara baru-baru ini terundang Komunitas Warga Negara Indonesia di pulau Etajima Prefektur Hiroshima di Jepang. Etajima adalah sebuah kota yang terletak di pulau Etajima di Teluk Hiroshima sebelah barat daya Prefektur Hiroshima, Jepang. Kota ini mempunyai penduduk sekitar 31.057 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 308 jiwa/km². Luasnya adalah 100,88 km².
Pulau ini penuh dengan sumber makanan alami dari pegunungan dan makanan laut berkualitas dari laut. Perjalanan ke sana bisa diakses melalui kapal feri (Pelabuhan Koyo) dan darat menggunakan mobil.
Menurut Riyan Efendi, Ketua Komunitas WNI Etajima, di pulau atau kota tersebut tinggal sekitar 246 pekerja asal Indonesia termasuk tenaga magang. Mereka bekerja pada sektor budi daya rumput laut dan mutiara, pengolahan makanan, perikanan tangkap dan pengelasan. pada 1993, saat perekonomian menurun setelah mencapai puncak pada 1980-an, pemerintah Jepang mencanangkan Program Magang Teknik dan Pelatihan. Program ini memungkinkan puluhan ribu orang asing, terutama dari Cina, Vietnam, dan Indonesia, datang ke Jepang untuk bekerja, terutama di industri tekstil, konstruksi, pertanian, kelautan, dan manufaktur, dengan durasi waktu tiga tahun.
Bertempat di Etajima City Hall, Dr Tus memberikan kuliah motivasi di hadapan para pekerja. Hal ini penting untuk memastikan para pekerja dapat dengan cepat beradaptasi dalam lingkungan kerja agar segera terbiasa dan mampu bekerja dalam ritme yang cepat dan ketat, disertai sikap yang harus senantiasa mematuhi aturan kedisiplinan yang tinggi pula. Tidak menutup kenyataan bahwa di banyak tempat di Jepang tetap ada pekerja Indonesia yang mengalami stres dan depresi pada awal-awal masa bekerja. Mereka umumnya mengalami gegar budaya dan kaget melihat kondisi tempat mereka bekerja karena tak sepenuhnya sesuai dengan yang mereka alami saat mengikuti seleksi dan pelatihan di Tanah Air.
Menurut Dr Tus, bekerja di Jepang menuntut setidaknya lima kemampuan dasar agar dapat melakukan tugasnya dengan baik. Pertama, tekun dan tahan banting dalam mengikuti instruksi kerja dari atasan di awal-awal kerja sehingga paham benar apa yang harus dikerjakan selama jam kerja; apapun kata atasan harus dikerjakan dengan maksimal tanpa boleh mengeluh apalagi protes. Kedua, jaga jam tidur. Pekerja di Jepang harus menjaga jam tidur agar keesokan harinya selalu dapat berangkat bekerja tepat waktu; di Jepang keterlambatan datang ke tempat kerja tidak bisa ditolelir bahkan bisa menyebabkan seseorang dipecat dan dipulangkan ke negaranya. Ketiga, jaga pola makan dengan menu bergizi dan halal dan makan secara teratur karena ini merupakan energi pokok untuk bisa bekerja dengan baik. Meski harga kebutuhan pokok di Jepang mahal, para pekerja Indonesia disarankan untuk tidak pelit menjaga asupan gizi makanan; ini untuk menjaga stamina dan kesehatan secara keseluruhan.
Keempat, rutin berkumpul dengan sesama pekerja. Hal ini agar segala permasalahan serius yang dialami pekerja bisa didiskusikan dan diambil solusinya dengan baik. Terbentuknya Komunitas Warga Negara Indonesia di Etajima adalah penting—sebagai wadah berkumpul, berkegiatan, saling menguatkan sehingga semua pekerja tidak merasa sendirian di balik ketatnya budaya kerja di Jepang.
Kelima, disiplin mentaati segala peraturan pemerintah Jepang dimana pun berada. Baik di tempat kerja maupun di tempat-tempat umum, para pekerja Indonesia harus menjaga dengan sungguh-sungguh segala peraturan termasuk peraturan lalu lintas, peraturan membayar uang sewa apartemen, listrik, air dan gas, peraturan penggunaan fasilitas umum, dan sebagainya. Dengan kelima hal tersebut, Dr Tus berharap para pekerja Indonesia di Etajima dapat bertugas dengan baik secara aman dan nyaman.***