Spirit Hijrah 1444 H untuk Indonesia Bermartabat

Prof Ahmad Rofiq dan Wagub Jateng Gus Taj Yasin Maemoen
Oleh: Ahmad Rofiq
OPINIJATENG.COM – Alhamdulillah kita dalam keadaan sehat afiat dan baru dua pekan di bulan Muharram Hijriyah, 1444 H.
Empat hari lagi kita memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jika hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Yatsrib yang kemudian beliau ganti menjadi Madinah, adalah karena ingin memulai kehidupan baru yang berdaulat dalam berbangsa dan bernegara.
Dan ini dimulai diletgakkan fondasi kehidupan yang berdaulat melalui fondasi konstitusional, yang diletakkan dalam Piagam/Dustur/Mitsaq/Risalah Madinah tahun ke-2 H, maka Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, substansinya adalah hijrah dari bangsa yang terjajah, menjadi bangsa dan negara yang berdaulat, melalui Pancasila dan UUDN Republik Indonesia.
BACA JUGA:PSA, Anggota Satlantas Polres Semarang Ajarkan Adab Berlalu Lintas di SDN Klero 01
Allah berfirman: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Nisa’ (4): 100).
Bagi umat Islam di seluruh dunia, bulan Muharram 1444 H merupakan momentum sangat strategis dalam mengawali tahun buku menurut kalender penanggalan hijriyah.
Tanggal 1 Muharram sebagai awal tahun kalender penanggalan Hijriyah, ditetapkan berdasarkan hijrah Rasulullah saw dari Mekah ke Yatsrib yang kemudian beliau ganti dengan Madinah, dalam waktu 10 tahun lebih sedikit, atas perjuangan, pengorbanan, dan keluhuran akhlaqul karimah beliau, semenanjung Arabia mendapatkan hidayah dari Allah dan mengikuti ajaran Islam.
BACA JUGA:PSA, Anggota Satlantas Polres Semarang Ajarkan Adab Berlalu Lintas di SDN Klero 01
Hijrah adalah meninggalkan dari apa saja yang dilarang oleh Allah, sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “al-Muslimu man salima l-Muslimuna min lisanihi wa yadihi wa l-muhajiru man hajara ma naha Allah ‘anhu” artinya “Orang yang beragama Islam adalah orang-orang (yang bisa menjaga) orang Islam lainnya selamat dari lisan dan tangannya, dan orang yang hijrah adalah orang-orang yang meninggalkan larangan Allah” (Riwayat Al-Bukhari, No. 6484).
Kita ingin memahami sedikit tentang mengapa harus beberapa kali hijrah, ke Habasyah, ke Thaif, dan ke Yatsrib.
Pertama yang dilakukan kaum Muslimin yaitu ke Negeri Habasyah, kini dikenal sebagai Ethiopia, satu kerajaan di daratan Benua Afrika.
Hijrah ini dilakukan atas perintah Nabi Muhammad saw demi menghindari penyiksaan dan penindasan yang dilakukan oleh kaum Quraisy.
BACA JUGA:Lakukan Otopsi, Polisi Tegaskan Kerangka yang Ditemukan di Kendal Laki-laki
“Setelah Rasulullah saw melihat apa yang menimpa para sahabatnya dari siksaan, sementara Beliau mendapat perlindungan yang cukup dari Allah SWT, kemudian juga dari pamannya Abu Thalib, dan Beliau merasa tidak mampu memberikan perlindungan kepada mereka.
Pada saat itulah Beliau berkata kepada mereka, “Seandainya kalian pergi ke Negeri Habasyah karena negeri itu dipimpin oleh seorang raja yang tidak satu pun dari rakyatnya yang terzalimi dan bumi itu adalah bumi yang aman. Tinggallah kalian di sana hingga Allah memberikan jalan keluar kepada kalian dari apa yang menimpa kalian. Hijrah ke Habasyah, dipimpin oleh Usman bin Maz’un.
Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayyah yang merupakan putri Rasulullah saw pun ikut serta dalam berhijrah. Penyebab hijrah ke Habasyah adalah takut fitnah kaum Quraisy dan menyelamatkan agama mereka menuju Allah SWT.
Kedua, Hijrah ke Thaif.
BACA JUGA:Yafikhi Sambut Muharram dengan Dongeng Asyik, Outbound dan Berbagai Lomba
Setelah kematian Abu Thalib dan Khadijah tekanan kepada Nabi dari kaum kafir Quraisy semakin keras.
Menurut Ibn Ishaq, sebagaimana dikutip oleh al-Mubarakfuri dalam ar-Rahiq al-Makhtum (hal. 148) orang-orang Quraisy lebih bersemangat menyakiti Nabi setelah Abu Thalib tiada.
Bahkan ada yang berani menghadang lalu menaburkan debu di atas kepala beliau sehingga Nabi pulang ke rumah dengan kepala penuh debu.
Seorang putri beliau membersihkan debu itu dengan bercucuran air mata.
Rasulullah menghiburnya, “Tak perlu menangis putriku, karena Allah akan melindungi ayahmu.”
Karena memerlukan pendamping setelah kematian Khadijah, pada bulan Syawal tahun kesepuluh kenabian ini juga Nabi menikah dengan Saudah binti Zam’ah.
BACA JUGA:Khataman Al-Qur’an 22 Kali Tandai Dies Natalis Unwahas
Perempuan ini termasuk golongan terdahulu masuk Islam.
Nabi sendiri, berharap ada tiga keluarga yang masih ada hubungan saudara.
Akan tetapi hijrah ke Thaif ini menyisakan duka, karena beliau dilempari pasir dan batu.
Beliau terluka, dan darah pu mengucur di jubah beliau.
Kala Jibril melihat, mengatakan, “Wahai Rasulullah saw, kami dan para malaikat penjaga gunung, siap melakukan balasan kepada mereka yang telah melukaimu”.
BACA JUGA:Ribuan Orang Hadiri Haul Ke 11 KH Masruri Mughni
Namun Rasulullah saw menolak, dan bahkan mendoakan mereka. Allahumma ihdi qaumi fa innahum la ya’lamun. Artinya “Ya Allah, berilah petunjuk kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak (belum) mengetahui (ajaran-Mu)”.
Ketiga, hijrah ke Yatsrib. Upaya melakukan pembunuhan terhadap Rasulullah saw semakin tidak bisa dihentikan.
Karena itu, Rasulullah saw harus menyiapkan alibi, Sahabat Ali bin Abi Thalib kw, ditugasi tidur di tempat tidur beliau, berselimutkan surban dari Hadlramaut.
Beliau keluar rumah sambil mengambil pasir untuk ditaburkan kepada mereka yang menghadang di sekeliling rumah, sambil membaca ayat “Shummun bukmun ‘umyun fa hum la ya’qilun”.
Beliau melanjutkan perjalanan ke arah selatan menuju Jabal Tsur, dan sempat tiga hari beliau bersembunyi di Gua Tsur.
Di sinilah dibutuhkan strategi untuk menyelamatkan diri, dan baru setelah tiga hari, beliau melanjutkan perjalanan ke Yatsrib, yang kemudian beliau ganti menjadi Madinah.
BACA JUGA:Pimpinan Unwahas Ziarah Ke Makam KH Syamsuddin Anwar
Selamat memperingati hari Proklamasi Kemerdekaan NKRI ke-77, dengan mengambil spirit Hijrah Rasulullah saw, 1444 H, semoga kita sebagai bangsa besar Indonesia, makin mampu memaknai spirit hijrah sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw, dari kejahiliyahan pada keberperadaban, dari banyak konflik pada perdamaian, dari masih banyak kedhaliman ke keadilan, dari penderitaan ke kemakmuran dan kesejahteraan.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka sesungguhnya ia orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan kemarin, maka dia orang yang merugi, dan barangsiapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka sesungguhnya ia orang yang terlaknat atau tertipu”.
Semoga dengan spirit Hijrah kita mampu mewujudkan Indonesia yang Bermartabat sebagai baldatun thayyubatun wa Rabbun Ghafur. Amin.
*)Prof Dr H Ahmad Rofiq MA adalah Ketua DMI Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Guru Besar Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Ketua DPS RSI- Sultan Agung Semarang, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah PP. Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat, Anggota DPS BPRS Bina Finansia, Ketua DPS BPRS Kedungarto Semarang.***