4 Oktober 2025 22:31

Disiplin Waktu Menjemput Rezeki dan Tawakal, Ahmad Rofiq: Ora Usah Ngoyo

0
Prof Ahmad Rofiq di Palangkaraya

Prof Ahmad Rofiq di IAIN Palangkaraya

OPINIJATENG.COM – “Urip kuwi ra usah ngoyo, sakmadiyo wae, lair, rezeki, jodoh, mati kuwi wis ono tekdire”.

Artinya:

“Hidup itu tidak usaha ambisius, sewajarnya saja, lahir rezeki, jodoh, mati, itu sudah ada takdirnya”.

Nasihat bijak tersebut tentu tidak salah, tetapi agama sendiri memerintahkan untuk beribadah untuk urusan akhirat seakan-akan kita mati besok pagi, dan bekerja keras untuk urusan dunia, seakan-akan kita hidup selamanya.

Siti Aisyah ra meriwayatkan, bahwa Nabi saw bersabda:

“Berangkatlah kalian pagi-pagi untuk mencari rezeki dan kebutuhan hidup, karena berangkat pagi-pagi itu penuh dengan keberkahan dan keberhasilan” (Riwayat Ad-Dailamy, Al-Firdaus bi Ma’tsur al-Khithab, juz 2, h.9).

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari mengatakan:

“Kita hanya wajib berusaha, hasil akhirnya sudah ada yang menentukan, yaitu Allah SWT. Dengan demikian jangan takut, siapa jodoh kita, apakah kita akan mempunyai keturunan, apakah kita bisa makan, apakah kita akan bisa menyekolahkan anak, apakah kita akan mempunyai pekerjaan?” (Ayang Utriza Yakin, “Usaha dan Pasrah” dalam Ibnu Athaillah As-Sakandari, Kitab At-Tanwir: Istirahatkan Dirimu dari Kesibukan Duniawi” (2021: xxi).

BACA JUGA : Ma’had Aly TBS Kudus Wisuda Calon Ahli Falak

Tidak mudah memang memulai untuk mengikuti cara hidup Syeikh Ibnu Atha’illah As-Sakandari, yang dikenal sebagai tokoh ulama sufi, yang karyanya menjadi sangat dikagumi dan menjadi kajian-kajian tasawuf di banyak pesantren di Indonesia.

Karena selagi kita masih sangat sibuk dengan urusan duniawi, kita akan terus terperangkap dengan “bujuk-rayu” dan “iming-iming gemerlap materi-duniawi” yang sering provokatif, dan bahkan melupakan seseorang akan marwah dan martabatnya sebagai tokoh yang menduduki jabatan keulamaan sekalipun.

Di antara jebakan awal kedudukan duniawi itu, adalah praktik menghalalkan segala macam cara untuk dapat menduduki jabatan itu. Para politisi sering menyebutnya dengan “virus-machevialisme” yang siap membabat habis siapapun yang diduga atau berpotensi dapat menghalanginya.

Baik itu dilakukan secara langsung atau tidak langsung, bahkan tidak segan-segan menyebar fitnah, intrik, dan hasud dan kedengkian.

BACA JUGA: 477 Penjudi Ditangkap, MUI dan Polda Sepakat Bersama-sama Berantas Perjudian

Tampaknya seseorang yang sudah terpapar “virus-kedengkian” ini, tak mudah dan bahkan tidak bisa diselesaikan.

Apakah dia menganalogikan orang lain sama seperti dirinya, manakala mendapat kesempatan, ia akan melakukan korupsi, atau bahkan melakukan tindakan bak pukat harimau.

Sebagai seorang manajer, dia akan menjadi manajer yang baik, manakala dia bagi habis pekerjaannya.

Tetapi lain, justru semua pekerjaan yang pada mulanya sudah terdistribusi dengan baik, semua diambil alih, menjadi seperti manajemen “one man show”.

Bahkan ketika ia sudah mendisposisi – dan disposisi itu dicopy dan dikirim ke panitia setempat — untuk menghadiri suatu acara di luar kota, ketika yang diamanati hadir, ia pun hadir secara pribadi.

Karena yang diamanati tidak mau “ribut” dan menjaga “marwah” yang memberi disposisi, maka pulanglah sambil mengabarkan kepada panitia, bahwa dirinya sudah hadir.

Namun karena, pemberi dispo-nya hadir, ia pamit pulang.

Dia lupa rumus manajemen yang baik, bahwa seorang manajer yang baik, adalah ketika visi, misi dan tujuan organisasi terwujud, dengan memanfaatkan semua sumber daya manusia yang ada, dan masing-masing merasa diapresiasi dan dimanfaatkan kompetensinya.

BACA JUGA :
477 Penjudi Ditangkap, MUI dan Polda Sepakat Bersama-sama Berantas Perjudian

Karena itu, jika Anda mendapatkan ujian dan cobaan, di mana keinginan Anda tidak terpenuhi, jangan pernah berkecil hati, berpasrah diri dan bertawakkallah kepada Allah.

Mari kita renungkan secara saksama, nasihat bijak Syeikh Ibnu Atha’illah As-Sakandari:

“Wahai hamba Allah, berapa kali engkau menginginkan sesuatu, kemudian Dia menyingkirkannya darimu, lalu engkau menjadi sedih hati dan menderita sehingga Ketika Dia menyibak hakikat keinginanmu yang tak tercapai. Engkau mengetahui, bahwa Allah Swt ternyata senantiasa memerhatikanmu, sedangkan engkau tidak tahu. Allah Swt juga memberikan pilihan terbaik untukmu, sedangkan engkau tidak mengetahuinya. Betapa buruknya seorang murid, tapi dia tidak memiliki pemahaman dan betapa buruknya hamba yang tidak mau menyerahkan dirinya pada pencipta-Nya” (Ibid., h. 63).

Syeikh Ibnu Atha’illah menyarankan agar kita seperti yang digambarkan dalam syair berikut:     

Sering kuhasratkan sesuatu, tapi Kau telah memilihkan untukku; Pilihan-Mu senantiasa lebih baik dan Kau teramat sayang kepadaku; Kutekadkan diri untuk tak menghiraukan bisikan hati; Kecuali untuk mengagungkan dan memuliakan-Mu; Kutekadkan agar Engkau tak melihatku menjamah larangan-Mu; Karena dalam hatiku, Engkau teramat Agung. 

BACA JUGA: Penindakan ETLE Di Jateng Capai 636 Ribu dengan Denda 27 Milyar, Terbesar Di Indonesia

Alkisah, seorang ulama sufi sedang diuji oleh Allah. Dan ia selalu mengucap, “insyaa Allah baik”.

Suatu malam datanglah serigala memakan ayamnya.

Ia pun berkata: “Insyaa Allah baik”. Keledainya pun kabur dari kendang dan mati, ia pun berkata: “Insyaa Allah baik”.

Dari perkataannya itu, keluarganya agak jengkel dan tidak suka.

Bersamaan denga napa yang dialami di malam itu, orang-orang Arab Badui menyerbu kampung mereka dan membunuh semua penghuni kampung itu.

Tidak ada yang selamat kecuali orang yang kehilangan ayamnya karena dimakan serigala. Keledainya kabur dan mati.

Rupanya orang-orang Arab Badui tersebut menggunakan “sandi” kokokan ayam, ringikan keledai untuk menemukan penduduk yang akan dibunuh.

Dengan kata lain, kematrian hewan-hewan peliharaannya justru menjadi penyebab keselamatannya.

Maha Suci Allah Yang Maha Mengatur lagi Maha Bijaksana (Ibid., h. 64).

Mengakhiri renungan ini, maka jangan pernah berkecil hati menghadapi dan menerima kehendak Allah.

Pasti Allah Swt memberi yang terbaik pada hamba-hamba-Nya, yang setelah berikhtiar dan bekerja keras,

Lalu memasrahkan usaha dan dirinya kepada Allah Sang Pengatur alam ray aini.

Yang jelas, kita harus berusaha dan berikhtiar dengan disiplin waktu dan bekerja secara professional, namun jangan lupa bertawakkal berpasreah diri kepada Allah.

BACA JUGA : Antisipasi Kebakaran Lahan di Dekat Jalan Tol, Polda Jateng Keluarkan Sejumlah Himbauan

Jika masih ada orang-orang yang – pasti itu tidak banyak – yang terus menghasut dan berburuk sangka kepadamu, sepanjang Anda sudah menjelaskan dan mempertanggungjawabkan semuanya, maka biar Allah ‘Azza wa Jalla, nanti yang akan membalasnya.

Lambat atau cepat akan tiba waktunya, Gusti Allah ora sare. Allah a’lam bi sh-shawab.***

Tentang Penulis:
Prof Dr H Ahmad Rofiq MA
– Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Tengah
– Guru Besar Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo
– Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah
– Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang
– Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat dan Anggota Dewan Penasehat Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Pusat
– Ketua DPS BPRS Kedung Arto Semarang

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *