25.8 C
Central Java
Minggu, 22 Juni 2025

Semarak Upacara Hari Santri Nasional 2021 Diselenggarakan Hari Ini di Halaman Balai Kota Semarang

Banyak Dibaca

OPINIJATENG.com-Upacara Hari Santri Nasional 2021 diselenggarakan hari ini di halaman Balai Kota Semarang, Jumat (22/10) pagi tetap meriah walaupun diadakan secara sederhana.

Hari ini semua peserta upacara mulai dari irup sampai tamu undangan menggunakan baju kebesaran ala santri yaitu sarung dan kopiah hitam. Semua peserta upacara merasa bahagia karena bisa menggelar upacara Hari Santri Nasional 2021 dengan meriah.

Hal ini juga diucapkan oleh Kiai Anasom, Ketua PCNU, “Alhamdulillah, meski dalam suasana pandemi Covid-19 yang mulai menurun sampai level satu, Kota Semarang bisa menggelar upacara Hari Santri dengan meriah.”

BACA JUGA: Puncak HSN di MAJT, Habib Umar: Santri Harus Setia Jaga NKRI

Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH.Hanief Ismail, Ketua Tanfidziyah Dr. H. Anasom M.Hum dan para pengurus NU memakai sarung hijau gelap dan batik hijau Satu Abad Nahdlatul Ulama. Irup Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memakai setelan sarung hijau tua dipadu jas hitam dan daleman hem putih serta kopiah hitam. Demikian pula ajudan yang mendampingi juga petugas upacara termasuk yang membaca Pembukaan UUD 1945 dan ikrar santri, semuanya memakai sarung.

Paduan suara dari para santri putri Pondok Pesantren Al-Islah Mangkang Kulon, pimpinan Drs. KH Ahmad Hadlor Ihsan, melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Yalal Wathan atau Subhanul Wathan dan Hari Santri dengan apik dan merdu.

Ketua Panitia M. Mahbub Zakki menjelaskan, pihaknya berencana menghadirkan seluruh santri dari pondok pesantren se-Kota Semarang. Namun karena harus mematuhi protokol kesehatan, peserta upacara hanya dibatasi 20 orang tiap pondok pesantren. Itu pun dipilih pondok pesantren yang dekat dengan lokasi Balai Kota di Jalan Pemuda Semarang.

BACA JUGA: Bupati Banyumas Pimpin Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2021

“Alhamdulillah protokol kesehatan tetap terjaga,’’ kata Zakki yang akrab disapa Bobby.

Dalam rangka Hari Santri PCNU menggelar ziarah ke makam KH. Syafii Pioronegoro di Pesantren Luhur, Dondong, Mangkang Semarang. Mengadakan dialog budaya dengan narasumber Gus Sabrang putra Emha Ainun Nadjib. Demikian pula rangkaian kegiatan yang digelar oleh badan otonom dan Lembaga di lingkungan NU.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wali Kota Hendrar Prihadi mengatakan, peringatan Hari Santri Tahun 2021 ini, kalangan pesantren kembali mendapatkan ‘kado indah’ dari Presiden Joko Widodo berupa Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2021 tentang Pendanaan Penyelenggaraan Pesantren.

BACA JUGA: Komandan KRI Bima Suci-945 dan Siswa Taruna Taruni AAL, Kunjungi Markas Kodim 0703/Cilacap

“Peraturan Presiden ini secara khusus mengatur tentang dana abadi pesantren yang dialokasikan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pendidikan pesantren,’’ katanya.

Menag mengatakan, Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri.

Penetapan 22 Oktober merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan lndonesia. Resolusi Jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

“Sejak ditetapkan pada tahun 2015, setiap tahun kita rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri dengan tema yang berbeda. Untuk peringatan Hari Santri Tahun 2021 ini mengangkat tema Santri Siaga Jiwa Raga,’’ kata Menag.

BACA JUGA: Pemkot Pekalongan Galakkan Fogging Disinfektan di 35 Ponpes dengan Gandeng CSR

Maksud tema Santri Siaga Jiwa Raga adalah bentuk pernyataan sikap santri lndonesia agar selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk membela Tanah Air, mempertahankan persatuan lndonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia.

“Siaga Jiwa berarti santri tidak lengah menjaga kesucian hati dan akhlak, berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran lslam rahmatanlil’alamin serta tradisi luhur bangsa lndonesia.

Bila zaman dahulu jiwa santri selalu siap dan berani maju untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan lndonesia, maka santri hari ini tidak akan pernah memberikan celah masuknya ancaman ideologi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan lndonesia,’’ tegasnya.

Menurut Gus Yaqut, Siaga Raga berarti badan, tubuh, tenaga, dan buah karya santri didedikasikan untuk lndonesia.

BACA JUGA: Lelah Hati Membuat Pola Tidur Wanita Berantakan, Inilah Tandanya

Oleh karena itu, santri tidak pernah lelah dalam berusaha dan terus berkarya untuk lndonesia. Jadi, kata Menag, Siaga Jiwa Raga merupakan komitmen seumur hidup santri yang terbentuk dari tradisi pesantren yang tidak hanya mengajarkan kepada santri-santrinya tentang ilmu dan akhlak, melainkan juga tazkiyatun nafs, yaitu mensucikan jiwa dengan cara digembleng melalui berbagai ‘tirakat’ lahir dan batin yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, tema Santri Siaga Jiwa Raga menjadi sangat penting dan relevan di era pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) seperti sekarang ini, di mana kaum santri tidak boleh lengah dalam menjaga protokol kesehatan 5M+1D (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, Mengurangi Mobilitas, dan Doa).

“Hal ini juga perlu diperhatikan oleh masyarakat lndonesia pada umumnya agar tetap menyiagakan jiwa serta raganya demi kepentingan bangsa lndonesia, terutama dalam rangka bersama-sama untuk bangkit dari dampak pandemi Covid-19,’’ kata Hendi kepada wartawan.

BACA JUGA: Desa di Banjarnegara Lepas Ratusan Burung, Jaga Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem

Menurut Hendi, pihaknya patut mengapresiasi pengalaman beberapa pesantren yang berhasil melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan atas dampak pandemi Covid-19.

“Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren juga memiliki kemampuan untuk menghadapi pandemi Covid-19 di tengah berbagai keterbatasan fasilitas yang dimilikinya,’’ tegasnya.

Modal utamanya adalah tradisi kedisiplinan dan sikap kehati-hatian yang selama ini diajarkan oleh para pimpinan pesantren (kiai/nyai) kepada santri-santrinya.

“Tidak lupa pula bahwa keteladanan mereka berkontribusi untuk mendorong para santri bersedia ikut vaksin yang saat ini sedang diprogramkan oleh Pemerintah,’’ tuturnya. (B13-)***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer