23.6 C
Central Java
Kamis, 19 Juni 2025

Jebakan “Virus Zona Nyaman” Online

Banyak Dibaca

OPINIJATENG.com Saya pernah menulis “Waspada Virus Zona Ngaman Daring” pada awal-awal diujicobakan  Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMK/SMA/MA mulai Senin, 30/8/2021 dengan model campuran atau blended-model.

Itupun Selasa, 1/9/2021 secara serentak seluruh siswa divaksinasi, demi antisipasi dan mitigasi risiko, jangan sampai anak-anak terpapar Covid-19.

Di beberapa kampus ada sebagian sudah mulai PTM secara terbatas, dan protokoler Kesehatan secara ketat.

Di Sebagian kampus, ada yang mulai Senin 6/9/2021 juga dengan prokes ketat, karena kelas pascasarjana yang jumlah mahasiswanya tidak banyak.

Untuk mahasiswa S1, ada kampus baru memulai PTM dengan blended-model pada 11 Oktober 2021.

Namun tampaknya, masih banyak kendala, karena memang di dalam sebagian aturan itu, boleh jadi karena memang PPKM masih belum dicabut, Kota Semarang misalnya dinyatakan masih PPKM level 1, pelaksanaannya belum diberlakukan secara normal. Kapasitas mahasiswa, tidak melebihi separo.

Dan pelaksanaan blended-model pun, tidak sepenuhnya.

Pembelajaran Jarak Jauh/Daring (PJJ) yang telah berjalan selama satu setengah tahun, tampaknya telah menjadi kebiasaan yang secara perlahan bermetamorfosis menjadi “virus online” yang membawa dampak tidak/kurang semangat jika harus belajar secara ofline, datang ke kampus, apalagi juga masih harus dengan mematuhi protocol Kesehatan yang ketat.

Lama-lama, Sebagian besar mahasiswa seakan merasa nyaman, lebih hemat biaya, tidak harus dating ke kampus, dan kuliah pun bisa “disambi” apa saja, bahkan dengan tidak jarang mematikan video.

Mungkin bagi mahasiswa Pascasarjana, PJJ masih dipandang cukup relevan.

Akan tetapi bagi mahasiswa S1 yang notabene sebagian besar mereka juga masih dalam proses pencaharian jatidiri dan pembangunan karakteristik yang berbasis akhlakul karimah, maka PJJ secara terus menerus, dikhawatirkan akan berdampak pada pembentukan karakter dan akhlakul karimah, tidak berjalan dengan baik.

Karena PJJ hanya dapat mentransformasikan domain kognitif saja, sementara domain afektif dan psikomotorik memerlukan tatap muka langsung, pancaran psiko-dan bodylanguage dari dosen ke mahasiswa, terlebih bagi peserta didik di sekolah menengah dan dasar. Apalagi bagi anak-anak PAUD, TK, dan kelompok bermain.

Karena itu, perlu “penyadaran baru lagi” agar peserta didik, termasuk di dalamnya para mahasiswa, “Jebakan Virus Zona Nyaman Online” ini harus segera bisa dibuka, tentu saja harapannya panademi Covid-19 segera hilang dari negeri kita Indonesia tercinta.
 
Banyak pekerjaan rumah sangat besar yang harus segera ditangani bersama secara sinergis, dan simbiotik-mutualistik. Kalau soal pemulihan ekonomi, dampak ekonomi, sektor riil yang cukup berat, karena itu, negara, pemerintah, pengusaha, masih sangat kompatibel jika dilakukan dengan online. Akan tetapi dalam sector pendidikan, harus segera dirumuskan Kembali model PTM yang tepat.

Apalagi di tengah-tengah sorotan tajam bahwa para pelaku korupsi di Indonesia, kata Menkopolhukam, Mahfud MD, “86% adalah lulusan perguruan tinggi” (kabar24bisnis.com).

Apalagi jika kemudian dinarasikan sebagai bahwa Mahfud MD menilai perguruan tinggi sebagai pencetak koruptor di Indonesia.

Sebagai guru besar, statemen tersebut, tentu tidak salah, akan tetapi ini “menyakiti” para pimpinan perguruan tinggi, dan ia pun termasuk berada di dalamnya. Kenapa tidak dialamatkan, karena faktor biaya politik yang sangat mahal, menjadikan lulusan perguruan tinggi pun, tidak tahan untuk harus mengembalikan modal, baik yang dikeluarkan oleh botoh atau oleh dirinya sendiri.

Karena tidak ada satupun perguruan tinggi di dunia ini, diririkan untuk mencetap para koruptor.  

Mari kita selesaikan jebakan zina nyaman online ini, supaya PJJ bisa diganti dengan PTM, sambil terus mematuhi protocol Kesehatan yang ketat, agar hasil dari PTM tidak lagi hanya mencerdaskan secara kofnitif saja, akan tetapi mereka juga memiliki akhlakul karimah, dan perilaku anti-korupsi, demi mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.   
Allah a’lam bi sh-shawab.

*) Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Sekretaris Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (2003-2011), Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Guru Besar Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).***
 

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer