Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 119
Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.COM menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

OPINI JATENG –
“Ben, tahu gak, mengapa aku mengajakmu kemari?” tanya Lita.
“Mengapa ya? Kangen, kali.” jawab Iben.
“Ya, memang. Aku kangen kamu. Kamu juga kangen aku, kan?” tanya Lita lagi.
“He eh…” jawab Iben pendek.
“Ben, aku mau memberitahumu sesuatu yang penting.” kata Lita. Kali ini dengan mengelus-elus dada Iben.
“Apa itu?” tanya Iben. Tubuhnya membalik menghadap ke Lita.
BACA JUGA:Istri Mandiri Suami Tak Perlu Minder
Lita pun ikut membalik menghadap ke Iben.
Kini wajah mereka berhadap-hadapan.
“Aku…sudah seminggu ini tidak menstruasi…” kata Lita lirih.
“Hah!? Yang benar? Apakah kamu yakin?”
Iben menyelidik dengan kening sedikit berkerut.
“Selama ini menstruasiku teratur. Lebih banyak maju daripada mundur. Kalau telat tak pernah lebih dari dua hari. Ini sudah enam hari telat.” kata Lita menjelaskan.
“Lalu…?” tanya Iben.
“Aku yakin, ini benihmu, Ben.”
Kata Lita sambil memeluk Iben.
BACA JUGA:Madrasah Harus menjadi Bagian Penguatan Moderasi Beragama
Iben membalas pelukan Lita.
Lama mereka berpelukan dalam diam.
“Menyesalkah kamu….? tanya Lita, kemudian.
BACA JUGA:Dawet Ayu, Minuman Melegenda Bagus Penjualnya
Iben menggelengkan kepala. Tersenyum
“Menyesalkah kamu….? tanya Iben, kemudian.
Lita menggelengkan kepala.
Tersenyum.
Kembali mereka berpelukan.
Berpagut.
KOMENTAR : weesenha@gmail.com***