23.6 C
Central Java
Kamis, 19 Juni 2025

Nasihat Al-Bashri pada Umar bin Abdul Aziz

Banyak Dibaca

OPINIJATENG.COM – Ketika Allah Swt menegaskan kepada para malaikat, bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah di muka bumi ini, para malaikat pun protes.

“Mengapa Engkau jadikan orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan menumpahkan darah (sebagai khalifah), sementara kami selalu bertasbih dan mensucikan-Mu?”

Allah menjawab: “Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang kalian tidak mengetahuinya” (QS. Al-Baqarah (2): 30).

Tugas khalifah, intinya, untuk memberi keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

BACA JUGA :

Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan” (QS. Shaad, 26).

Amanat sebagai khalifah tampaknya memang tidak ringan, karena itu, ada penekanan larangan secara khusus agar jangan mengikuti jawa nafsu, karena dapat dipastikan akan sesat dari jalan Allah.

Dalam konteks dunia politik, manusia sebagai makhluk politik (zoon politicon), dalam pandangan seorang sufi besar, Syeikh Hasan al-Bashry, merasa penting untuk memberi nasihat kepada Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz, yang pada awalnya sempat menolak jabatan khalifah.

Dalam beberapa Riwayat, ‘Umar bin Abdul Aziz sering menangis, karena dibayangi ketakutan akan pertanggungjawabannya nanti di akhirat.

Al-Bashry menasihati Umar bin Abdul Aziz melalui:

“Wahai Amir al-Mu’minin, sesungguhnya dunia adalah rumah singgah dan pindah bukan rumah tinggal selamanya. Nabi Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman atasnya, maka berhati-hatilah.

BACA JUGA : Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 3 Halaman 74, 75, 76, 77 Pembelajaran 3 Sub Tema 2 Perubahan Cuaca

Orang yang berhasrat kepada dunia, pasti akan meninggalkannya. Orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin (di akhirat).

Penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya.

Orang yang berakal dan cerdik mencermati dan melihatnya, dunia menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan orang yang mengumpulkannya.

Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, dan berambisi kepadanya.

Padahal, demi Allah, itulah  letak kebinasaannya.

Wahai Amirul Mu’minin, jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang.

Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya.

Orang yang cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia. Dunia laksana pengantin.

Semua mata melihat kepadanya, hati terjerat padanya.

Demi Dzat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, dunia adalah pembunuh bagi siapa yang menikahinya.

Wahai Amirul mu’minin, berhati-hatilah terhadap perangkap yang membinasakan dan waspadalah keburukannya.

Keglamorannya bersambung dengan kesengsaraan dan penderitaan. Kelanggengannya membawa pada kebinasaan dan kehancuran.

Ketahuilah wahai Amirul Mu’minin, bahwa angan-angannya palsu, harapannya batil, kejernihannya keruh, kehidupannya adalah penderitaan, orang yang meninggalkannya adalah orang yang dibimbing pertolongan Allah, dan orang yang berpegang padanya adalah celaka dan tenggelam di dasar samudra.

BACA JUGA : Ustaz Adi Hidayat : Hukumnya Membunuh Cicak, Begini Penjelasannya

Orang yang cerdik, adalah mereka yang takut pada apa yang Allah jadikan untuk menimbulkan rasa takut.

Karena itu, mewaspadai apa yang Allah telah peringatkan, ia berlari meninggalkan rumah fana menuju rumah abadi.

Keyakinan ini akan sangat terasa ketika kematian menjelang. Dunia ini, wahai Amirul Mu’minin, adalah rumah hukuman.

Siapa yang tidak berakal, akan mengumpulkannya. Siapa yang tidak berilmu, pasti akan terkecoh.

Orang yang tegas lagi berakal adalah orang yang hidup di dunia seperti sedang mengobati sakitnya. Dia menahan diri dari pahitnya obat, karena dia berharap kesembuhan.

Dunia, wahai Amirul Mu’minin, demi Allah, hanya laksana mimpi, sedangkan akhirat adalah nyata.

Di antara keduanya adalah kematian. Para hamba berada dalam mimpi yang melenakan. Sungguh aku berkata kepadamu wahai Amirul Mu’minin, apa yang dikatakan oleh seorang laki-laki bijak, “Jika kamu selamat, maka kamu selamat dari huru-hara besar itu. Jika tidak, maka aku tidak mengira dirimu akan selamat”.

Ketika surat Syeikh Al-Hasan al-Basri itu sampai di tangan Umar bin Abdul Aziz, beliau pun membacanya dan menangis sesenggukan.

Orang-orang yang berada di sekitarnya merasa kasihan melihatnya.

Umar pun mengatakan: “Semoga Allah merahmati al-Hasan al-Basri, beliau terus membangunkan kami dari tidur dan mengingatkan kami dari kelalaian. Sungguh sangat mengagumkan, beliau adalah seorang ulama yang penuh kasih sayang terhadap kami (pemimpin). Beliau begitu tulus kepada kami. Beliau adalah pemberi nasihat yang sangat jujur dan sangat fasih.

BACA JUGA : Sahabat yang Membawa Kebaikan Dunia dan Akhirat

Umar bin Abdul Aziz membalas surat al-Bashry.  

Ia mengatakan: “Nasihat-nasihat Anda yang berharga telah sampai kepadaku, aku pun mengobati diriku dengan nasihat tersebut. Anda menjelaskan dunia dengan sifat-sifatnya yang hakiki, orang yang pintar adalah orang yang selalu berhati-hati terhadap dunia, seolah-olah penduduknya yang telah ditetapkan kematian sudah mati”.

Ketika balasan Umar sampai di tangan al-Hasan, beliau berkata: “Amirul Mu’minin benar-benar mengagumkan, seorang laki-laki yang berkata benar dan menerima nasihat. Allah SWT telah mengagungkan nikmat dengan kepemimpinannya, merahmati umat dengan kekuasaannya, menjadikannya rahmat dan berkah”. 

Allah menegaskan dalam QS Yasin: “Sesungguhnya Kami (Allah) menghidupkan orang-orang mati dan mencatat apa yang mereka kerjakan dahulu, dan akibat mereka, dan pada semua sesuatu, Kami menghitungnya dalam catatan yang nyata (lauhil mahfudh) (QS. Yasin 12)”.

Di saat-saat menjelang akhir tahun, kiranya kita – terutama saudara-saudara kami yang menjadi pejabat politik/publik – dapat belajar pada nasihat Syeikh Hasan al-Bashry kepada Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz, yang memang dikenal sangat shalih.

Hampir setiap malam, ia menangis, yang merasa masa pertanggungjawabam di akhirat kelak, oleh anak-anak yatim dan fakir miskin, dan ibu-ibu para janda dan lanjut usia, yang mengadu di hadapan Rasulullah Saw.

Islam tidak melarang pemeluknya menjadi kaya-raya, bahkan dianjurkan jika dimaksudkan untuk kebaikan seperti membayar zakat yang besar, membayar pajak yang besar, berinfak dan bersedekah yang makin banyak membantu dan meringankan penderitaan orang lain.

BACA JUGA : Dieng Hari Ini Diguyur Hujan Disertai Angin Kencang

Di tengah budaya hedonis dan materialistis ini, maka nasehat Al-Bashry tersebut sangat relevan,  dan para pejabat politik/public, berfikir dan bekerja keras, demi tercapainya cita-cita hidupnya apalagi di tempat yang jauh dari negaranya. Allah a’lam bi sh-shawab. 
 
*) Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Wakil Ketua Umum MUI dan Direktur LPPOM-MUI Provinsi Jawa Tengah, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum dan Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung, dan Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat.***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer