23.9 C
Central Java
Sabtu, 14 Juni 2025

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 55

Banyak Dibaca

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

Lita melihat Iben keluar dari kamarnya.

“Bukannya dia sedang libur kuliah?” Pikirnya.

Lita bertanya-tanya dalam hati.

Lita punya ide untuk mengikuti Iben, sekaligus untuk menghilangkan penat dan kebosanannya terus menerus berada di rumah.

Lita juga ingin tahu tempat nongkrong Iben, Lita penasaran bagaimana pemuda kaya menghabiskan uangnya.

BACA JUGA: Doa Terbebas dari Hutang yang Mencekik Kehidupan

“Duh, mana sopirku?!”

Karena tergesa-gesa hendak mengejar Iben dan motornya yang sudah melaju terlebih dahulu Lita memutuskan pergi sendiri tanpa sopir.

Lalu meluncurlah sedan hitam Toyota Camry 2500 CC dikemudikan seorang wanita yang belum mahir mengendarai mobil dan belum mempunyai Surat Ijin Mengemudi.

Lita aman selama jalan masih lurus, sepi dan tidak berkelok.

Lita terus fokus pada Vespa Iben dengan sangat berhati-hati, agar dia tidak kepergok sedang mengikuti Iben.

Iben terlihat sangat terburu-buru dan memacu Vespanya lebih cepat.

Lita takut kehilangan jejak Iben sehingga ikut menginjak gas mobilnya agar lebih cepat lagi.

Lita belum begitu mahir mengendarai mobil.

Ketika kakinya yang memakai sepatu berhak tinggi terpeleset dari pedal gas, dia menjadi panik.

BACA JUGA:Kartu Prakerja Berlanjut Tahun 2022, Siapkan Diri Mulai Sekarang

Kaki yang seharusnya dilepaskan dari pedal gas, hak sepatunya malah nyelip di antara pedal gas dan rem. Maka, yang terjadi kemudian, bukannya kaki dilepas dari pedal gas, Lita malah menekankan kakinya untuk mengeluarkan hak sepatu dari sela-sela pedal gas dan rem.
Jadilah mobilnya melaju makin cepat bahkan lebih cepat dari Vespa butut Iben.

Lita kehilangan kendali dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk mengurangi kecepatan mobilnya.

Lita yang menyadari telah melewati Vespa Iben akhirnya banting setir ke kiri.

Bruuaakk!!!

Suara hantaman mobil ke tanggul pinggir jalan terdengar cukup keras di jalan yang sepi itu.

Kecelakaan terjadi tepat di depan Iben.

Untung saja Iben berhasil menghentikan Vespanya tepat sebelum menabrak mobil di depannya dan menjadi kecelakaan beruntun.

Untung jalanan sepi, tidak ada pengendara lain di jalan itu selain Iben dan mobil mewah tersebut.

Iben terkejut begitu tahu mobil yang menabrak tanggul di depannya adalah mobil ayahnya yang biasa dipakai Lita.

Iben segera turun dari Vespanya, berlari bermaksud membantu Lita yang tampak diam tak bergerak di dalam mobil.

Dari keningnya mengucur darah memerahi sebagian wajahnya.

Iben segera membuka pintu mobil dan mengeluarkan Lita yang mengerang setengah tidak sadarkan diri.

Dengan bantuan pengendara lain, yang muncul kemudian, Iben melarikan Lita ke Rumah Sakit terdekat.

“Dokter bagaimana keadaannya.” tanya Iben pada dokter yang baru saja selesai memeriksa Lita.

“Dia baik-baik saja. Hanya luka kecil di kepala dan sedikit shock. Sudah sadar kok.”

Dokter menjawab ramah sambil tersenyum.

“Tunggu saja sebentar. Kalau sudah tenang boleh langsung diajak pulang. Dia hanya perlu istirahat,” kembali dokter itu memberikan penjelasan.

“Baik dok, terima kasih.”

Iben pelan berjalan mendekati Lita yang masih terbaring diam sambil memejamkan mata.

BACA JUGA: Asah Kemampuan, Siswa SMA Negeri 1 Purwanegara Dilatih Jurnalistik Multimedia

“Bodoh!” umpatnya.

Dan sesaat setelah itu Lita membuka matanya.

“Apa kamu bilang?!” bentak Lita tak kalah keras.

“Hahaha…. Kamu mendengarku? Aku kira kamu masih pingsan? Menyedihkan!”

Ledek Iben sambil menepuk jidatnya sendiri.

“Jelas-jelas kamu teriak kalau aku bodoh! Tidak mungkin aku tidak bisa mendengarnya!”

“Bagus kalau kamu dengar,” Iben tersenyum meremehkan.

“Sekarang aku mau pergi, kamu sudah mengganggu waktuku yang amat berharga. Kalau mau pulang, ambil sendiri mobilmu di tempat kamu nyungsep tadi,” lanjut Iben.

“Aku tidak meminta kamu menolongku. Bodoh!”

“Jika aku tahu kamu tidak pingsan, aku tidak akan menolongmu. Bodoh!”

Lita terdiam seketika.

Kata-kata terakhir Iben berhasil membungkam mulutnya.

Sepertinya Lita selalu salah dan terlalu berharap bahwa Iben tidak membencinya lagi.

Iben yang sudah berjalan meninggalkannya, tiba-tiba berbalik kembali ke arah Lita yang diam saja tanpa reaksi.

“Sebenarnya aku tidak tahu kalau ada mobil yang mengikutiku. Setahuku kamu tidak bisa mengemudi. Tapi aku senang kamu sudah merusak mobil mahal ayahku.”

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer