23.6 C
Central Java
Kamis, 19 Juni 2025

Jabatan dan Kebahagiaan

Banyak Dibaca

OPINIJATENG.com – Sedulur dan Sahabatku, selamat menikmati liburan tahun baru 2022.

Saya berharap hadirnya renungan ini, akan menambah kebahagiaan Anda mengawali catatan awal tahun 2022. Sambil nyeruput kopi, Anda bisa taruh sejenak handphone atau smartphone, untuk coba menerawang dan merenung sejenak.

Ada teman yang masih muda, dia terus diberi kepercayaan dan menduduki jabatan bergengsi. Sementara ada yang boleh jadi sudah “ngantri” dalam “kebisuan” tanpa harus berbicara kepada siapa pun, tetapi tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menduduki jabatan tertentu.

Ada juga yang memang tidak mengharap dan bahkan ketika ditawari, ia menolak tawaran itu dengan ikhlas. Karena baginya, menambah jabatan berarti tambah amanat, dan pasti pertanggungjawabannya dunia akhirat akan lebih panjang dan lama.

BACA JUGA : Teruslah Berbuat yang Terbaik

Ada lain lagi yang setiap saat berkomentar, meskipun mungkin hanya “ramai” di media sosial, sangat kritis, terkadang dengan bahasa yang terasa “menyengat” bagi yang agak sensi alias sensitif, dan karena itu boleh jadi orang demikian, memang tidak sepatutnya diberi jabatan.

Lain lagi bagi sebagian orang yang memang “sudah dimatikan” perasaannya, untuk menduduki jabatan tertentu. Karena sudah terbiasa ke mana-mana tidak menduduki kursi, karena sudah sangat terbiasa lesehan, jadi dia sama sekali tidak terlintas, untuk mendapatkan “jatah” kursi, dan karena itu juga, tidak pernah kehilangan apalagi merasa kehilangan kursi.

Baginya, jabatan baik di birokrasi maupun di organisasi kemasyarakatan atau Non-Government Organization (NGO), jabatan adalah bagian dari kehendak Allah.

BACA JUGA : Sahabat yang Membawa Kebaikan Dunia dan Akhirat

Katakanlah (Muhammad),“Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imran: 26).

Rasulullah saw bermesan: “Tanda-tanda kebahagiaan ada empat, pertama, mengingat-ingat dosa-dosa – dan kesalahan-kesalahan kepada orang lain yang telah lalu – agar tidak mengulanginya lagi; kedua, melupakan kebaikan yang telah lalu, dan ia tidak tahu apakah kebaikannya itu diterima atau ditolak; ketiga, membuang iri dan dengki kepada orang yang di atasnya dalam urusan dunia; dan keempat, orang yang iri dan memperhatikan kebaikan dan urusan agama orang yang di bawahnya dalam urusan agama”. (Minhajl Muta’allim).

Kehidupan dunia yang cenderung materialis dan hedonis, tidak sedikit manusia yang didera penyakit hati, “susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah”.

Celakanya, apabila seseorang yang sudah terpapar penyakit ini, studiumnya akan mengalami kenaikan, ia terkena syndrom iri dan dengki yang menjalari seluruh aliran darah di dalam tubuhnya.

BACA JUGA : Menutup Tahun 2021, Kwarcab Banjarnegara Lantik 16 Pramuka Penegak Garuda

Jika yang terkena syndrom ini adalah orang yang masih menduduki jabatan, maka mitra, staf atau anak buah, yang “tidak masuk” di dalam lingkaran, dianggap sebagai outliner dari lingkarannya, apalagi merasa pernah mengusiknya, maka akan dilibas habis, apapun caranya.

Jika ia berada di luar, dan sudah tidak menduduki jabatan tertentu, maka ia tidak segan-segan menyebar “bisikan maut” kepada pihak-pihak yang dipandang mampu “mengeksekusi” keirian dan kedengkiannya itu, meskipun tidak ada fakta yang bisa ditunjukkannya.

Karena itu, kita perlu menyadari bahwa soal jalan rezeqi atau ma’isyah itu sudah dibagi-bagi oleh Allah, dan di antara hamba-hamba-Nya diberi jatah yang berbeda dan bahkan ada yang dilebihkan antara satu dan yang lain.

Dapat dipastikan, tidak semua orang memberikan apresiasi dan atau bahkan mensupport Sahabat dan Sedulur. Dapat dipastikan, — tetapi ini tidak suudhan – ada di antara mereka yang tidak suka, atau mudah-mudahan sih tidak sampai pada tingkatan iri dan dengki, yang terus berusaha untuk menebar “bisikan” kepada siapapun, yang dianggap akan bisa membantu memfollow-up kebenciannya itu, untuk menjatuhkan orang-orang yang tidak disukainya, atau menjadi sasaran ke-iri-an dan ke-dengki-annya itu.

BACA JUGA : Sambut Tahun 2022 dengan Toleransi dan Waspada Omicron

Ada kalimat bijak: “Berikan pekerjaanmu kepada orang yang sibuk, pasti segera selesai”. Orang yang sibuk, karena diamanati jabatan banyak, biasanya pekerjaan cepat selesai. Karena sudah terbiasa memenej waktu dengan sangat rigid dan ontime. Biasanya orang yang demikian, ia lebih senang menyibukkan dirinya untuk terus berbuat kebaikan, dan menjalani jabatan biasa saja”.

Tentu ini membutuhkan modal dasar: “Hai orang-orang yang beriman, jauhiah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya? Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12).

Oleh karena itu, berbahagia dan bersyukurlah, jika Anda masih menjabat. Jadilah pejabat yang Amanah dan sangat bijak, terutama di dalam memberi nasihat, berfikir jernih dan bersikap dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan tidak mudah untuk ikut “menghakimi” dan “memvonis” hasil pekerjaanmu, tanpa ada bukti. Sementara jabatan yang diirikan itu adalah jabatan sosial dan pengabdian pada umat/masyarakat.

BACA JUGA : 5 Tips Menyusun Resolusi Sederhana untuk Tahun 2022 yang Lebih Bermakna

Rasulullah saw dengan sangat bijak memberikan rambu-rambu, sebagaimana riwayat Ibnu ‘Abbas ra, bersabda: “Sekiranya manusia itu tuntutan atau dakwaan mereka dikabulkan, sungguh seseorang akan mendakwa atau menuntut harta dan darah suatu kaum, akan tetapi bukti itu wajib (dihadirkan) bagi penuduh dan sumpah bagi orang yang mengingkarinya”. (Hadits Hasan Riwayat Al-Baihaqy, tetapi sebagiannya ada di dua kitab Shahih).

Rasulullah saw juga mengingatkan, “Hindarkan menjatuhkan hukuman (hudud) karena masih syubhat atau tidak jelas kesalahannya” dalam Riwayat lain “Hindarkan menjatuhkan hukuman (hudud) dari kaum Muslimin semampu kalian”. Ditakhrij oleh At-Tirmidzi, 1244, Al-Baihaqy dalam al-Sunan al-Kubra juz 8/238). “Keliru/salah memberi maaf itu lebih baik, daripada keliru/salah menjatuhkan hukuman”. Apalagi jika itu tidak ada bukti.

Sedulurku, bahagiakan hidupmu, buang dan hindarkan sifat dan sikap iri dan dengki, karena selain bisa menyakiti orang lain, juga pasti akan menyakiti diri sendiri. Karena itu, bahagiakan hidupmu, dengan amanat jabatan yang Anda emban secara Amanah dan professional. Jabatan adalah Amanah, dan pasti diminta pertanggungjawaban Amanah tersebut.

Wa ila Allah turja’u l-umur, Allah a’lam bi sh-shawab.

[1] Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA. Guru Besar FSH dan Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua DPS RSI-Sultan Agung Semarang, Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, dan Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung Jawa Tengah.***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer