Peduli Banjarnegara, Dua Ilmuwan Jepang Blusukan ke Pejawaran

Profesor Hayashi Takehiro menanam pohon di SMP N 2 Pejawaran/Dok. Dr. Tuswadi
OPINIJATENG.COM-Kabupaten Banjarnegara wilayah utara berupa pegunungan sehingga tanahnya berasal dari abu vulkanik gunung api. Saat gunung api meletus, ia mengeluarkan bahan padatan, cair, dan gas. Bahan padatan yang dikeluarkan berupa pasir, debu, dan abu vulkan. Beberapa karakteristik tanah vulkanik di antaranya Lapisan atasnya berwarna abu-abu hingga hitam pekat, lapisan bawahnya berwarna kekuningan, kemerahan, hingga coklat, berbutir halus, tetapi tidak mudah tertiup angin, mengandung unsur hara yang sangat baik, subur dan cocok untuk pertanian, memiliki daya serap air yang baik, memiliki pH yang cukup bagus antara 4-7, mengandung bahan organik yang berguna sebagai sumber makanan pada tanaman, strukturnya rentan terhadap erosi, dan so sifatnya gembur.
Kondisi geologis dan geografis wilayah utara kabupaten Banjarnegara mendapatkan perhatian khusus dari ilmuwan Jepang. Profesor Hayashi Takehiro dan Dr Fujikawa Yoshinori, ilmuwan dari Pusat Riset Wakupro Hiroshima University selama satu pekan (24-28 Februari) mengunjungi Banjarnegara dan blusukan ke wilayah kecamatan Wanadadi dan Pejawaran.
Menurut Profesor Hayashi, berdasarkan karakteristiknya, tanah di wilayah Pejawaran sangat rentan mengalami longsor dan tanah bergerak. Hal itu dipicu oleh tingginya curah hujan dan minimnya pohon-pohon berakar kuat yang ditanam. Area pertanian dan perkebunan di Pejawaran didominasi oleh sayur mayur yang jelas tidak memiliki peran besar dalam menyerap air.
Melihat kondisi alam tersebut bersama ilmuwan dan guru SMP N 1 Banjarnegara, Dr Tuswadi, Profesor Hayashi melakukan beberapa kegiatan joint-research yang muaranya turut serta mendidik masyarakat Banjarnegara agar mampu menjaga lingkungan dan tanggap bencana. Pertama, Profesor Hayashi dan Dr Fujikawa melakukan observasi pembelajaran tanggap bencana di kelas VI SD N 1 Kandangwangi dan SD IT Al Ihsan Banjarnegara di desa Tapen. Pengamatan dan wawancara pada guru dilakukan sebagai bahan rekomendasi proses dan hasil pembelajaran tanggap bencana yang lebih efektif. Dirasakan oleh guru bahwa kemampuan dan kapasitas mereka dalam mengintegrasikan muatan kebencanaan ke mata pelajaran IPA atau IPS masih terbatas karena minimnya pelatihan guru.
Berikutnya, Profesor Hayashi dan Dr Fujikawa melakukan penanaman (memorial tree) pohon persahabatan Indonesia-Jepang di SMP N 1 dan SMP N 2 Pejawaran disaksikan oleh seluruh peserta didik dan guru. Langkah ini diharapkan ditindaklanjuti oleh kedua pihak sekolah dan sekolah-sekolah lainnya agar membudayakan tanam pohon. Anak-anak sekolah diharapkan menularkan budaya tanam pohon kepada anggota keluarga di rumah.
Profesor Hayashi juga memberikan penataran guru (teacher training) pembelajaran tanggap bencana yang diikuti oleh sekitar 50 guru SD/MI bertempat di SMP N 2 Pejawaran. Observasi pembelajaran tanggap bencana di kelas VII SMP N 1 Pejawaran Dr Fujikawa lakukan bersama guru-guru. Sekitar 100 peserta didik SMP N 1 Banjarnegara juga mendapatkan kuliah umum tanggap bencana dari Profesor Hayashi.
Di akhir kunjungan, Profesor Hayashi dan Dr Fujikawa juga melakukan diskusi dengan pihak BPBD Banjarnegara terkait kondisi geologis dan geografis Banjarnegara serta penanganan resiko bencana alam. Terkait masalah besar yang dihadapi Indonesia Power yaitu sedimentasi bendungan Panglima Besar Soedirman, Profesor Hayashi akan mengusahakan berkoordinasi dengan pihak JICA Jepang untuk memberikan solusi.***