OPINIJATENG.com – Shallâ Allah ‘alâ Muhammad. Berbahagialah, karena kita berada di bulan Maulid (Rabi’ul Awwal).
Bulan kelahiran manusia teladan (uswatun hasanah) bagi siapapun yang merindukan Allah dan senantiasa mengingat-Nya, Rasululullah Muhammad Saw.
Karena itu, mari kita tidak berhenti menyenandungkan shalawat dan salam pada Baginda Rasulullah Aaw. Bisa dengan shalawat yang pendek seperti di awal tulisan, bisa juga yang panjang, seperti shalawat Nariyah dan Shalawat Badar.
Banyak karya akademik tentang penulisan Sîrah Rasûlullâh Saw telah ditulis, mulai dari Ibnu Hisyam, Ibnu Ishaq, Dalâ’il An-Nubuwwah karya Al-Ashbani, Asy-Syamâ’il Al-Muhammadiyah karya Imam At-Tirmidzi, Zâd Al-Ma’ad karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, serta Asy-Syifâ’ karangan Al-Qadhi Iyadh.
Ada juga Al-Mawâhib Al-Laduniyyah karya Al-Qasthalani. Kitab ini disyarahi oleh Az-Zarqani dalam uraian sepanjan delapan jilid. (Republika.co.id, 11 May 2020).
Ada Nûr Al-Yaqîn fî Sîrah Sayyid Al-Mursalîn karya Syekh Muhammad Al-Khudlari.
Barang Kesayangan Anda Hilang? Berikut Amalan Agar Barang yang Hilang Bisa Kembali
Muhammad Husain Haikal menulis Hayâtu Muhammad, (Maktabah An-Nahdlah al-Mishriyah: 1965), As-Sayyid Ahmad Thaha menulis Nabiyyu r-Rahmah, Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijary Nubdzah Yasirah fi Sirati n-Nabi.
Ahmad Hatta, dkk, menulis The Great Story of Muhammad Saw, (Maghfirah Pustaka, Cet.2, April 2012), ada Prophetic Intelligence Kecerdasan Kenabian: Menumbuhkan Potensi Hakiki Insani karya Hamdani Bakran Adz-Dzakiey (Islamika: 2005), Ar-Rahiq al-Makhtum karya Shafiyyu r-Rahman al-Mubarakfury, ada juga Sirah an-Nabiy al-Khatim, dan masih banyak lagi tulisan tentang Sirah Muhammad Rasulullah Saw.
Hadits Riwayat Muslim dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id, ‘Ali bin Hujr berkata, Ismail menceritakan yaitu Ibnu Ja’far dari al-‘Ala’ dari ayahnya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw: “Aku diberi keutamaan atas para Nabi dengan enam perkara: pertama, aku diberi Jawami’ al-Kalim, kedua, aku ditolong dengan rasa takut (yang dihunjamkan di dada-dada musuhku); ketiga, ghanimah dihalalkan untukku; keempat, bumi dijadikan suci untukku dan juga sebagai masjid; kelima, aku diutus kepada seluruh makhluk; dan keenam, para Nabi ditutup dengan kerasulanku” (Muslim, 812).
Bershalawat merupakan sebagian ungkapan cinta seorang umat pengikut yang tak pernah henti mencintai Rasul Muhammad Saw, sosok yang menyelamatkan pengikutnya, jika mengikuti ajarannya.
Tentu tidak untuk dituhankan apalagi disembah. Ini yang dijelaskan oleh Al-Qur’an, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menitahkan kepada Rasul-Nya, Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” (QS. Ali ‘Imran (3): 31).
Ditegaskan pada ayat berikutnya: Katakanlah (Muhammad): “Taatilah Allah dan Rasul, jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir” (QS. Ali ‘Imran (3): 32).
Ayat tersebut, tidak jarang menimbulkan kebingungan atau kekurangfahaman sebagian orang. Seakan-akan Nabi Muhammad Saw yang ditugasi sebagai utusan pun, menjadi juru selamat.
Wajib Tahu, Suami Talak Satu Begini Cara Rujuk Kembali
Caranya dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an yang mengarahkan manusia mengikuti jalan yang lurus (ash-shirâth al-mustaqîm). Allah membekali Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saw selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, secara bertahap untuk menguatkan hati kita.
Sebagaimana Firman Allah dalam menjawab peratanyaan orang-orang kafir: “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar) (QS. Al-Furqan (25): 32).
Kebenaran wahyu Al-Qur’an yang pada awal-awal Al-Qur’an diturunkan, dan bahkan hingga sekarang pun masih ada saja yang mempersoalkan, bahwa Al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad, maka Allah pun memberikan tantangan kepada mereka untuk bisa mendatangkan ayat sejenisnya. Apakah mereka mampu memenuhi tantangan itu?
Hadapi Muktamar NU Ke-34 Lampung, Jateng Rapatkan Barisan
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya (QS. Ali ‘Imran (3): 59).
Allah SWT menegaskan: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi Saw dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab (33): 56).
Jika Allah SWT dan para Malaikat-Nya secara terus menerus bershalawat untuk beliau, maka kita sebagai umat pengikut beliau, sudah pasti wajib menunjukkan kecintaan kita kepada beliau, dengan berusaha dan ikhtiar maksimal untuk terus meneladani beliau. Itulah manifestasi cinta kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Meneladani Sosok Nabi: Batinnya Menyamudera, Ilmunya Mencakrawala
Banyak karya-karya pujian untuk Rasulullah Saw dan didendangkan secara rutin, terutama di bulan-bulan Shalawat di bulan Rabi’ul Awwal.
Ada Maulid ad-Dîbâi karya Imam al-Jalil ‘Abdurrahman Ad-Diba’i, Maulid al-Barzanji Natsran karya As-Sayyid Ja’far bin Abdul Karim al-Barzanji asy-Syafi’i (w. 1177H/1763M), Maulid al-Barzanji Nadham, Maulid Syaraf al-Anâm karya as-Syaikh Syihabuddin Ahmad al-Hariri, Qashîdatu l-Burdah karya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M), dan Qashîdah al-Munfarijah karya arya Imam Abu Fadl Yusuf bin Muhammad Arif Billah yang terkeal sebagai ibnu al Nahwu. Ini karena sosok yang diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Biografi Ibu Millenial yang Multitalenta, Karyanya Menginspirasi
Semoga di bulan Shalawat ini kita sebagai pengikut dan pecinta Rasulullah Saw, kita mampu meningkatkan kesungguhan kita untuk terus mencintai, mengabdi, dan bertawakkal kepada Allah, dengan berikhtiar secara sungguh-sungguh meneladani beliau. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad.
*)Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Wakil Ketua Umum MUI dan Direktur LPPOM-MUI Provinsi Jawa Tengah, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum dan Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung, dan Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat.***