OPINIJATENG.com – Saya mendapat kehormatan menjadi dewan juri MTQ Kota Semarang Ke-30 yang pembukaannya dilaksanakan di depan Balaikota, dengan menghadirkan Ustadz Das’at Latif dan Habib Umar Muthohar, 22/10/2021.
Pelaksanaan musabaqah dilaksanakan 23 Oktober 2021.
Thema MTQ Ke-30 Kota Semarang yang digelar berhimpitan waktunya dengan tanggal kelahiran Nabi Muhammad saw dan juga Hari Santri Nasional Ke-6 2021 sangat prestisius “Mewujudkan Kota Semarang yang Religius menuju Semarang Semakin Hebat Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”.
Pilihan diksi kata “Mewujudkan Kota Semarang yang Religius” adalah pilihan yang sangat tepat, dan tentu perlu pengawalan oleh Walikota dan Sekda yang religious.
Karena dalam rumus sosio-religi masyarakat kita adalah “an-nâs ‘alâ dîni mulûkihim” artinya “manusia (masyarakat) itu mengikuti agama para pemimpin (raja)-mereka”.
Demikian juga diksi “Semakin Hebat” menggambarkan bahwa Semarang ini diharapkan tidak berhentu “hebat” sebagai titik (tujuan) terakhir, akan tetapi sengaja digunakan kalimat yang tidak berkesudahan, artinya terus-menerus semakin hebat.
BACA JUGA : Tantangan BP4 Jateng, Prof Ahmad Rofiq: Indonesia Nomor 2 Se-ASEAN Kasus Perkawinan Anak
Salah satu kata kunci untuk menjadikan Semarang yang religious, sudah barang tentu diawali dengan membangun dan menyemai pecinta Al-Qur’an melalui penyelenggaraan MTQ ke-30. Tentu perlu ada penelitian, seberapa dampak positif pelaksanaan event MTQ yang sudah sampai angka 30, ini pada relegiousitas masyarakatnya.
Masyarakat yang religious adalah masyarakat yang akhlak dan budi pekertinya sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah saw.
Suatu saat Siti Aisyah ra, ditanya oleh para sahabat, bagaimana akhlak Rasulullah saw?
Siti Aisyah ra menjawab: “Akhlak Beliau (Rasulullah saw) adalah al-Qur’an”.
Artinya, orang yang menghendaki untuk mengikuti Rasulullah saw, dan menyifati dengan sifat Beliau, dan berakhlak mulia sebagaimana Allah memuji Beliau, maka bertadabburlah pada Al-Qur’an, mengikuti perintahnya, menjauhi larangannya, beradab sebagaimana adab beliau, dan bermakrifat kepada Allah dengan sunnah Beliau, memahaminya, membaca sirah (sejarah hidup) Beliau. Karena yang demikian itu adalah menerapkan apa yang dijelaskan Al-Qur’an (Muhammad bin Abdillah As-Subayyil, h. 1).
Makhluk paling sempurna, paling mulia, dan paling mengetahui kepada Allah, adalah Utusan-Nya Muhammad saw yang Allah sendiri menyifatinya dengan berakhlak agung “dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) adalah di atas akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam:4).
Melalui penyelenggaraan MTQ ke-30, 2021 Kota Semarang ingin menyemai para pecinta Al-Qur’an, mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an.
Rasulullah saw bersabda; “Sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar/mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain” (Riwayat al-Bukhari).
BACA JUGA : Prof Ahmad Rofiq: Sakit adalah Mahkota di Atas Kepala Orang-orang yang Sehat
Komitmen Pemkot Semarang, di bawah pimpinan Walikota Dr. Hendrar Prihadi, SE, MM. yang akrab disapa Mas Hendi, untuk membangun Kota Semarang religius perlu diapresiasi oleh seluruh warga Kota Semarang.
Sudah banyak beberapa pondok pesantren tahfidh Al-Qur’an di Kota Semarang, tentu banyaknya para hafidh dan hafidhah merupakan khazanah dan kekayaan Kota Semarang ke depan, namun kebutuhan untuk menyiapkan penafsiran dan ahli tafsir, seperti yang pernah dilakukan oleh Kyai SHoleh Darat yang terkenal itu, bisa disemai dengan menyiapkan para mufassir.
Tentu kebijakan Pak Wali dan jajaran pimpinan Pemerintahan Kota Semarang, sangat dibutuhkan.
Agar warga Semarang juga memiliki harapan dapat menjadi keluarga Allah.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia”, para Sahabat bertanya: “Siapakah mereka ya Rasulallah” Rasulullah saw menjawab: “Para ahli Al-Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).
BACA JUGA : Gelar OKU 2021, MUI Harap Kader Ulama Responsif
Ini munasabah/sejalan dengan momentum peringatan Hari Santri Nasional Ke-6, 22/10/2021 dan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Sebagai umat Beliau, kita perlu terus menyiapkan para santri dan pecinta Al-Qur’an menjadi calon-calon ulama masa depan.
Selain mereka menjadi faqih/fuqaha’ fi d-din (sangat faham ilmu agama), ‘alim (berilmu banyak), ‘amil (pengamal ilmu agama), ‘abid (penghamba kepada Allah), wara’ (hidup wira’i dan berhati-hati terhadap hal makruh), dan al-‘arif biLlah (makrifat/mengenal Allah dengan baik).
Karena untuk menyiapkan santri menjadi Ulama, apalagi ahli Al-Qur’an, membutuhkan waktu yang cukup lama, penguasaan khazanah kitab kuning/turats yang banyak.
Rencana Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk membuka Ma’had Tahfidh untuk menyiapkan para Hafidh dan Hafidhah Al-Qur’an yang sekaligus memahami tafsir Al-Qur’an dan merespon perkembangan sain dan teknologi, akan mendapat support dan fasilitasi dari Pak Walikota.
Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, akan menjadi barometer wajah Indonesia ke depan.
BACA JUGA : SNW dan Ikhtiar Melahirkan Wirausahawan Muslim
Karena itu, sungguh tepat pilihan Pak Walikota dan Keluarga Besar untuk menyiapkan Semarang Hebat Baldatun Thayyibatunwa Rabbun Ghafur, dan perlu disengkuyung agar bisa segera terwujud.
Selamat Bermusabaqah, dapat juara alhamdulillah, kalaupun belum juara, bersyukurlah semoga Anda menjadi keluarga Allah, sebagai santri, selalu Siaga jiwa raga untuk bertumbuh, berdaya, berkarya”.
Semoga dengan pancaran cahaya Al-Qur’an dan keberkahannya, Kota Semarang “Semakin Hebat”, memasuki tahapan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Baraka Allah wa iyyakum bi l-Qur’an al-‘adhim.
*)Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Direktur LPPOM-MUI Provinsi Jawa Tengah, Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum dan Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Ketua Bidang Pendidikan Masjid Agung JAwa Tengah (MAJT), Ketua II YPKPI Masjid Raya Baiturrahman Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung, dan Koordinator Wilayah Indonesia Tengah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat.***