23.9 C
Central Java
Sabtu, 14 Juni 2025

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 36

Banyak Dibaca

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

Di lift Iben termenung.

Dia akhirnya menekan tombol ke lantai paling atas.

Dan benar saja, Iben justru berada di atap gedung.

Betapa terkejutnya Iben ketika melihat Ibas sedang berdiri di sana.

Ibas telah menyadari kehadiran Iben tapi tidak membalikkan badannya.

“Aku kalah. Kamu bisa menemukanku.”

“Bukankah ini kekanak-kanakan, Kak,” keluh Iben.

“Bukankah adikku menyukai hal kekanak-kanakan?”

“Yang benar saja, aku sudah dewasa. Petak umpet apanya!”

“Hadiah untuk kemenanganmu hari ini,” Ibas melemparkan sekaleng soft drink pada Iben yang masih menunjukan wajah kesalnya.

“Ayolah, apa itu wajah seorang adik yang mengantarkan kakaknya. Aku tahu kamu lelah, minum itu.”

“Kakak, aku benar-benar tidak memahamimu.”

“Jadi jangan bertindak seolah kamu paling mengenalku. Sekarang aku bertanya-tanya, apa kamu benar-benar pintar?”

Iben terdiam. Mereka berdua mengamati pemandangan dari atap gedung sambil menikmati sekaleng softdrink.

“Maaf, Kak,” ucap Iben penuh penyesalan.

“Tidak, aku tidak suka membaca buku sepertimu, kamu jelas lebih pintar dariku tapi aku sedikit lebih cerdas darimu.”

Iben berusaha memahami perkataan kakaknya.

“Aku selalu berpikir kekanak-kanakan tapi bertindak dewasa dan kamu selalu berpikir dewasa tapi bertindak kekanak-kanakan. Yang lebih buruk dari kita adalah Ikang, selalu berpikir kekanak-kanakan dan bertindak kekanak-kanakan. Itulah kenapa kita berbeda.”

“Apa yang harus kulakukan?” Iben menundukkan kepalanya.

“Karena kita berbeda, kamu tidak akan bisa mengikuti langkahku. Meski demikian kamu selalu bisa menemukanku. Saat kamu disesatkan dan tersesat, itu karena kamu mencari dengan mulut dan matamu. Dan apa yang kamu temukan saat kamu mencari dengan hatimu? Percayalah! Semua orang, bahkan mereka yang paling kamu sayang, tidak bisa selamanya berada di sisimu, meski demikian mereka selalu ada di hatimu.”

BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 32

“Kakak.”

“Aku sudah mengatakan apa yang seharusnya kamu lakukan. Jaga apa yang sudah kamu miliki. Jika kamu mendapatkan sesuatu dan kehilangan sesuatu, itu tidak bisa disebut berhasil.”

“Itulah kenapa aku di sini, aku tidak ingin kehilangan kakak.”

“Jangan bodoh! Aku tidak pernah jadi milik siapa pun.”

“Ibu? Bagaimana jika aku ingin menjaga milik ibu?”

Mendengarnya Ibas sama sekali tidak bisa berkata-kata.

“Hidupmu bukan milikmu sendiri, Kak. Jika bukan milikku bagaimana jika milik ibu, dan mereka yang bekerja di sini? Untukmu? Baru pertama kali aku ke sini, tapi aku takjub dengan apa yang telah kakak lakukan di sini. Ini bukan sekedar agensi artis tapi bisa jadi stasiun penyiaran jika kakak mau.”

“Untuk jadi seperti ini sangatlah tidak mudah dan untuk berkembang seperti yang kamu katakan akan lebih sulit lagi. Tapi tidak ada pilihan lain selain melaluinya. Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melaluinya saat aku tidak di sini?”

“Itu berarti kakak akan kembali? Benar kan?!” Senyum lebar mengembang di bibir Iben.

“Aku tidak tahu pastinya, tapi tempat ini akan menjadi alasan.”

“Lakukan, Kak! Carilah alasan untuk kembali. Aku akan menerimanya.” Iben menjadi sangat bersemangat.

“Pulanglah dan berkenalan dengan ibu barumu.”

“Kak…!”

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer