23.6 C
Central Java
Kamis, 19 Juni 2025

Mitos! Meletusnya Semeru Pertanda Goro-goro Datang

Banyak Dibaca

OPINIJATENG.COM – Meletusnya Semeru pertanda goro-goro datang. Letusan kuat yang terjadi di Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) pukul 15.20. Itulah pertanda goro-goro.

Goro-goro salah satu episode dalam pewayangan. Dalam episode tersebut digambarkan kekacauan situasi yang serba kontradiktif.

Dalam pewayangan digambaran jelas melalui janturan sang dalang. Tiba suatu masa (titi mongso) kondisi sulit dan gelap gulita dalam kehidupan.

BACA JUGA:Gunung Semeru Lumajang di Jawa Timur Erupsi, Warga Berlari dan Panik

Sebuah masa yang harus dilalui oleh sebuah bangsa sebelum memasuki zaman keemasan.

Masa gelap inilah yang sering disebut goro-goro. Ditandai dengan peristiwa alam yang beruntun yaitu hujan yang salah masa, petir menyambar, gelap gulita. Gunung meletus, batu cadas runtuh, tebing longsor, angin ribut, hujan deras serta banjir yang melanda di mana-mana.

Fenomena yang muncul di masyarakat juga terbukti. Ketersediaan pangan minim, banyak pengangguran, banyak pejabat yang korupsi, pemerintah otoriter. Penyelenggaraan pemerintah yang hanya menguntungkan sekelompok orang saja.

BACA JUGA:Gunung Semeru Erupsi, Warga Berlarian Suasana Mencekam

Fakta ini dapat dijadikan cermin bagi generasi muda pemimpin masa depan. Ada baiknya mengurangi kepentingan pribadi, kepentingan golongn, harta dan wanita untuk kemaslatan masyarakat bukan kepentingan pribadi.

Digambarkan pula orang tua yang tidak bisa menjalan fungsinya sebagai pengayom. Tua muda saling menghujat, saling berebut kepemimpinan, dan berburu popularitas semata.

Rasa kemanausiaan lenyap. Kepribadian bangsa ditinggalkan. Jauh dari rasa kasih sayang terhadap sesama. Bahkan tak pernah menghiraukan kesengasaraan orang lain.

BACA JUGA:Kiai Muda Pesantren Berkumpul: Cetuskan Regenerasi Sambut 100 Tahun NU

Gambaran tersebut banyak terjadi saat ini. Politik dan ekonomi menciptakan budaya liberal secara masif dan sistemik. Ajang silaturahmi dikalahkan dengan media sosial, gotong royong dirontokan dengan individualisme.

Kekeluargaan berganti dengan permusuhan. Tradisi kritik berubah pula menjadi hasut dan bully membully. Politik persatuan bergeser menjadi politk adu domba dan memecah belah persatuan kesatuan bangsa.

Dari sisi mitologi Jawa, goro-goro ini berkaitan dengan meletusnya Semeru.
Nama semeru yang berarti puncak tertinggi merupakan bukti alampun mulai marah melihat kelakuan manusia.

BACA JUGA:Dieng Hari Ini Diguyur Hujan Disertai Angin Kencang

Akhirnya, meletusnya semeru gunung tertinggi di Jawa bukan pertanda datangnya pagebluk (pandemi ) yang maha dahsyat.

Sekarang saja datangnya covid-19 masyarakat dibuat kelimpungan dalam berbagai sisi kehidupan.

Mudah-mudahan kepercayaan orang Jawa apabila ada gunung meletus akan datang peristiwa besar dan mengerikan tak terbukti.

Marilah berdoa hal buruk tidak akan terjadi seusai meletusnya gunung Semeru. Dan goro-goro hanya sebuah janturan di dunia perwayangan saja.(Berbagai sumber)***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer