26.7 C
Central Java
Selasa, 24 Juni 2025

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 50

Banyak Dibaca

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

Semenjak saat itu Lita mencari kesenangan seperti dulu lagi.

Keluar rumah, pergi clubbing, karaoke, hura-hura.

Lita jadi lebih sering keluar rumah karena dengan begitu membuatnya bisa melupakan luka-luka yang dirasakannya.

Pelan-pelan Lita berubah.

Menjadi istri yang sangat manis dan baik, berperilaku seperti orang rumahan saat Theo di rumah.

Tapi berubah seperti wanita yang tidak punya suami, kesepian dan tidak ada hal lain di pikirannya selain bersenang-senang di luar rumah, saat Theo tidak pulang ke rumah.

Lita jadi semakin jarang berada di rumah.

Iben menganggap itu semua bagus, karena dengan demikian Lita tidak akan mengusik hidupnya lagi.

Bagian 8
EMBUN PAGI MENETES DI DAUN KERING

Dunia malam adalah dunianya masa lalu.

Sebagai penyanyi dangdut, panggung hiburan adalah tempat di mana dia bisa mengekspresikan diri dengan goyang penuh totalitas.
Gemerlap malam sudah tidak asing lagi baginya.

Dia kini berada di tengah gemerlap malam itu, tapi tidak menyanyi dengan goyang badan, melainkan duduk sendirian di bar dan bengong menatap ke arah gelas dan botol bir yang sudah lama kosong.

Dialah Lita.

Mau sampai kapan dia hidup kacau, itulah yang sedang dia pikirkan.

Punya banyak uang ternyata bukanlah cara untuk bahagia.

Lita punya suami, pejabat terhormat dan kaya, tetapi selalu merasa sendiri.

Dia punya segalanya tapi tak punya cinta.

Dia merasa hidup dalam lingkaran dengan kebencian orang lain.

Sampai kapan Lita akan bertahan dengan semua itu.

Lita frustasi dan malam ini Lita minum sangat banyak hingga mabuk.

Theo sedang ada urusan di luar negeri untuk satu minggu ke depan sehingga Lita bebas pergi ke manapun dia mau.

Bahkan jika dia tidak pulang ke rumah tidak akan ada yang mencarinya.

Sejak menikah baru kali ini Lita merasa sangat bebas.

Dia bisa semalaman menghabiskan waktu di club dan pulang ke rumah dengan keadaan mabuk berat.

Mbok Siti yang selalu membukakan pintu rumah untuknya merasa prihatin dan kasihan.

Mbok Siti memang tidak begitu menyukai Lita, tapi melihat keadaan Lita Mbok Siti bisa memahami bahwa di dalam hati Lita sangat terluka dan berantakan.

“Biar saya bantu Nyonya,” Mbok Siti menuntun tangan Lita, setelah membuka pintu depan dan melihat Lita masuk sambil berjalan sempoyongan.

“Tidak usah! Aku bisa sendiri. Kamu pikir aku ini lemah? Hah! Aku kuat, aku kuat, aku bisa sendiri. Minggir!”

Lita berbicara tidak jelas dan berusaha menyingkirkan tangan Mbok Siti.

Susah payah Lita berjalan dengan sempoyongan ke kamarnya.

Mbok Siti menutup pintu rumah dan kembali ke kamarnya dengan perasaan iba.

Lita tidak langsung pergi ke kamarnya.

Dia menuju ke kamar Iben, dan mengetuk pelan pintu kamar.

Iben yang mengira itu adalah Mbok Siti langsung menyuruhnya masuk.

Lita membuka pintu, tapi tidak langsung masuk.

Dia hanya berdiri di ambang pintu.

Melihat Iben yang sedang tiduran di tempat tidur.

Dia melotot dan mulai teriak.

“Hei kamu! Anak tidak tahu diuntung!” teriak Lita yang bersandar di pintu kamar Iben.

Iben terkejut melihat Lita yang ada di ambang pintu kamarnya.

Mendengar Lita memakinya, dia segera paham Lita sedang mabuk.

Iben membiarkan Lita berbicara.

“Kamu pikir kamu itu siapa, hah? Pangeran? Kenapa semua keinginan gilamu harus aku turuti. Tidak boleh ini tidak boleh itu. Bukan hanya kamu yang punya perasaan! Aku juga! Karena kamu aku kembali seperti ini, menjadi wanita menyedihkan. Aku sudah sangat tahu hidupku sudah menyedihkan. Jadi kamu tidak perlu mengatakannya berulang kali padaku. Oke?!”

Setelah bicara Lita balik badan dan ngeloyor pergi.

“Perempuan menyedihkan,” ucap Iben ketika Lita sudah pergi.

“Satu lagi!” Teriak Lita yang lagi-lagi membuat Iben terkejut.

“Aku tak punya teman juga gara-gara kamu! Sekarang mereka semua menertawakanku! Puas kamu!?”

Kali ini Lita benar-benar pergi ke kamarnya dan langsung melemparkan tubuhnya ke tempat tidur.

Sebentar kemudian dia sudah tertidur lelap sampai pagi.

Ketika terbangun Lita sudah lupa apapun yang terjadi malam tadi.

Banyak orang mengatakan bicara orang mabuk adalah kejujuran.

Hal itu sedikit mengganggu pikiran Iben.

Lita semalam bicara bahwa dia frustasi dan sakit hati.

Seharusnya Iben merasa senang karena Lita akhirnya merasakan rasa sakit seperti yang dia rasakan, tetapi entah kenapa Iben tidak merasa senang. Dia justru tersenyum getir melihat keadaan Lita.

Ada orang mengharapkan untuk bangun di pagi yang cerah dan memiliki hari yang indah.

Ada juga orang yang berharap tidak pernah terbangun dari tidurnya, karena keadaan di dunia nyata tidak seindah di mimpinya, Itulah yang dirasakan Lita pagi ini.

Dengan perlahan Lita membuka mata.

Kepalanya terasa sangat berat dan pusing.

Lita tiba-tiba tersenyum menertawakan dirinya sendiri setelah menyadari suaminya tidak ada di sampingnya saat dia membuka mata di pagi hari. Dia lalu bangkit dari tempat tidur, mendekati cermin dan berdiri mematung beberapa saat di sana.

Melihat dirinya di cermin, lagi-lagi Lita menertawakan dirinya sendiri.

“Kalau begini terus, kamu bisa jadi jelek”, ucap Lita pada dirinya setelah menyadari tadi malam dia tertidur tanpa membersihkan make up.

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer