18 November 2025 16:59
Di balik bayang-bayang kasih sayang cover

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang karya Wardjito Soeharso

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

“Terima kasih ya Mbok,” ucap Lita pada Mbok Siti yang sudah merawatnya dengan sangat baik.

“Sudah menjadi tugas saya, Nyonya”

“Sekarang aku jadi tidak nyaman dengan panggilan itu, panggil saja aku Neng, Mbok,” Lita tersenyum manis pada Mbok Siti yang terkejut.

“Ta.. tapi nyonyaa…”

“Sudahlah, tidak masalah. Lagi pula aku sedang merindukan ibuku, dia biasa memanggilku Neng, Mbok,” kembali Lita tersenyum dengan tulus.

BACA JUGA: Orang Tua, Kunci Surga yang Terlalaikan

“Baik, Neng Lita.”

Seketika itu mereka berdua terdiam.

Banyak yang ingin dikatakan tetapi tidak bisa diucapkan.

Beberapa saat kemudian, Mbok Siti memecah kesunyian.

“Neng, hidup itu tidak pernah mudah. Semua keadaan yang Neng Lita alami sekarang bukan kesalahan Neng, bukan juga kesalahan Den Iben. Jadi sebaiknya Neng jangan menyakiti apalagi melukai diri sendiri seperti ini.”

Mbok Siti mengawali pembicaraan lagi.

“Aku hanya tidak tahu bagaimana cara melampiaskan perasaanku Mbok. Sedih, marah, kecewa, sepi. Apa yang harus aku lakukan ketika keberadaanku adalah kesalahan bagi orang lain?” keluh Lita.

“Manusia tidak bisa menilai kesalahan sebelum mengetahui akhirnya, terkadang kesalahan justru cara Tuhan mengantarkan manusia pada takdirnya.”

Mbok Siti tesenyum pada Lita dan meyakinkan dia pasti bisa melalui ini semua.

Mbok Siti tidak ingin berpihak ke siapa pun, karena dia tidak menganggap orang-orang di rumah ini sedang berperang.

Mereka hanya masih tinggal dalam sisi egoisme masing-masing, dan yang Mbok Siti inginkan adalah kedamaian dan kebahagiaan di rumah ini.

Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah.

BACA JUGA: Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 1 Halaman 36, 38, 39 Pembelajaran 6 Sub Tema 1 Pengalaman Masa Kecil

Sudah biasa kalau manusia selalu merasa benar atas dirinya sendiri.

Saat berada dalam titik terlemah di kehidupannya, ada seseorang yang datang untuk menguatkan.

Lita merasakan kehangatan luar biasa atas kehadiran Mbok Siti.

Mbok Siti sudah menunjukkan hidupnya masih berarti.

Dan yang membuat Lita makin asing dengan perasaannya, Mbok Siti yang memberikan semangat dan tenaga baru itu justru pembantu rumah tangga yang selama ini tidak pernah mendapat sedikit pun perlakuan baik darinya.

Dia makin merasa bersalah pada Mbok Siti.

Dia juga berpikir bahwa dia adalah penyebab semua masalah yang ada di rumah ini.

Jadi apapun perlakuan yang akan dia dapatkan harus bisa diterima sebagai balasan untuk kesalahannya.

Dan dia menyadari betul, semua ini baru pelajaran awal baginya.

BACA JUGA: Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 2 Halaman 99, 101, 103, 105, 106 Pembelajaran 5 Sub Tema 2 Pengalamanku di Sekolah

Lita merasa lebih tenteram malam ini.

Dia merasa seperti mendapatkan setetes embun.

Kepalanya enteng.

Pikirannya tenang.

Hatinya dingin.

Sehingga malam ini dia tidur sangat pulas.

Tanpa mimpi.

Tanpa terganggu bangun di tengah malam seperti malam-malam sebelumnya.

Pagi harinya, ketika bangun tidur, badannya terasa lebih segar.

Suasana batinnya juga terasa lebih lapang dan melihat pagi ini tampak lebih hangat dan ceria.

“Pagi Mbok, masak apa hari ini?” Lita tba-tiba muncul di belakang Mbok Siti yang sedang sibuk memasak untuk menu hari ini.

“Eh, Neng Lita, ini Mbok nyiapkan makanan favorit Den Iben,” jawab Mbok Siti sambil menunjukan bahan-bahan masakannya.

“Boleh kubantu? Mbok Siti kelihatan lelah.”

Lita tersenyum dan Mbok Siti menganggukkan kepala dengan mantap.

Mbok Siti menatap agak lama pada Lita yang masih berdiri di depannya.

Matanya pelan-pelan basah berkaca-kaca, dan kemudian meneteskan air mata.

Lita melihatnya dan bingung,

“Mbok Siti menangis? Kenapa Mbok?” tanya Lita dengan nada cemas.

“Tidak apa-apa, Neng. Ini kena bawang.”

Lita tertawa mendengarnya.

Mbok Siti sebenarnya merasa terharu, dia benar-benar merindukan saat-saat berada di dapur bersama Ipo.

Saat di mana Mbok Siti merasa dia punya anak perempuan.

Siang ini Mbok Siti ingin menghidangkan makanannya di meja makan dengan agak istimewa.

Ketika waktu makan siang tiba, semua sudah siap terhidang di atas meja.

Melihat Mbok Siti masak makanan favoritnya, Iben sangat bersemangat.

Dia melahap makanannya dan terlihat sangat nikmat.

Dalam hati Lita bertanya-tanya, bagaimana kalau Iben tahu dia telah membantu Mbok Siti saat memasaknya?

“Den, pelan-pelan makannya,” pinta Mbok Siti, yang hanya dijawab dengan anggukan singkat.

BACA JUGA: Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 3 Halaman 103, 105, 107 Pembelajaran 5 Sub Tema 2 Perubahan Cuaca

“Enak, Den? Tadi Neng Lita yang membantu saya memasak.”

“Uhuk!… Uhuk!” Iben dan Lita hampir berbarengan tersedak.

Mbok Siti bingung harus berbuat apa dan harus menolong yang mana terlebih dahulu.

Setelah kejadian tersedak bareng itu, suasana meja makan menjadi kaku.

Karena Mbok Siti merasa bersalah, dia memilih pergi ke belakang.

Lita melanjutkan makannya tanpa bicara.

Iben seketika berhenti makan.

Iben seperti tidak ingin memakan makanan yang dimasak oleh Lita, tapi dia tidak tahu apa alasannya.

“Habiskan saja, itu tidak beracun. Aku melakukan ini bukan untukmu atau untukku, aku hanya ingin membantu Mbok Siti. Aku sudah selesai,” kata Lita dengan nada datar pada Iben yang mematung mendengarnya.

Iben tidak paham dengan perasaannya sendiri.

Dia ingin terus membenci Lita dan ayahnya.

Tapi Iben tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah di antara mereka.

Keadaan Lita yang terlihat depresi dan frustasi membuat Iben merasa posisinya sama dengan Lita.

Iben mulai berpikir dia tidak seharusnya membenci Lita.

Tapi dia tidak suka kelakuan Lita yang sering kali membuatnya marah.

Iben tetap tidak ingin ibunya tergantikan.

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *