19 November 2025 12:20
IMG-20211222-WA0124_resize_49

OPINIJATENG.COM – Nahdlatul Ulama — yang secara harfiyah artinya kebangkitan Ulama — lahir sebagai organisasi kemasyarakatan Islam atau Jam’iyyah Ijtima’iyyah 31 Januari 1926 M.

Di antara sabab al-wurudnya adalah karena maraknya gerakan puritanisme di dunia internasional, khususnya di Arab Saudi, dan dampaknya di Indonesia.

Tidak aneh apabila NU diidentifikasi sebagai ormas Islam penjaga tradisi, atau kaum sarungan yang identik dengan tradisi ahlussunnah wal jamaah.

BACA JUGA:Kisah Tragis Dua Sejoli Korban Kecelakaan di Nagreg, Ditemukan Jasadnya di Banyumas

NU yang hari ini 22-23/12/2021 sedang menggelar event tertinggi Muktamar ke-34 di Bandar Lampung Provinsi Lampung, mengusung tema “100 Tahun NU: Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Membangun Peradaban Dunia”.

Muktamar merupakan forum tertinggi yang digelar lima tahunan, kali ini mundur dua tahun, karena pandemi Covid-19, yang hingga penghujung tahun 2021, pun belum berakhir, dan muncul varian baru omricon, yang mudah-mudahan tidak sempat masuk dan menyasar pada warga NU dan seluruh warga bangsa Indonesia.

Kalau ada tiga orang yang terpapar di wisma atelit Jakarta, tidak menular ke wilayah lain.

BACA JUGA:TKW Indonesia Mendapat Warisan 1 Miliar dari Aktor Taiwan

Gegap gempita Muktamar ke-34 NU, beberapa bulan terakhir menjelang event tertinggi tersebut, seakan tersedot membanjirnya dukungan suara “pra-muktamar” utamanya antara kandidat petahana Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, M.A Ketua Umum, dan kandidat kuat generasi muda KH. Yahya Tsaquf Cholil, yang menjabat sebagai Katib ‘Am Syuriyah PBNU.

Boleh jadi saling dukung dari para pendukung masing-masing calon, terus menguat, dan tentu hasilnya, akan segera diketahui hari Kamis, 23/12/2021. 

Daya tarik Muktamar NU, selalu saja seksi dan menarik.

Karena menjelang tahun politik 2024, masing-masing partai politik, akan sangat membutuhkan suara besar untuk mempertahankan posisi dan kursi masing-masing baik di Lembaga legislatif Senayan atau di Provinsi/Kabupaten/Kota masing-masing. 

BACA JUGA: Tanahnya Dirampok Oknum, Warga Tuntang Lapor ke DPRD Kabupaten Semarang

Parliemantary treshold 4%, berdasarkan UU Pemilu tahun 2019, cukup berat. PBNU membidani kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) — meskipun tidak ada garis lurus organisasi — tentu merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya Muktamar ini, namun tidak berarti “melarang” warga dan kader-kader terbaiknya di berbagai partai politik yang ada dan masih memiliki konstituennya.

Bagi NU sendiri, ini tidak perkara mudah, akan tetapi dengan “model” kaukus NU, sebenarnya bisa didesain secara lebih cerdas, dengan berbagi dan distribusi kader, di berbagai lini dan parpol, agar konfigurasi politik NU dapat lebih mudah mengegolkan program-program strategis negara ini.

NU sebagai ormas Islam terbesar, harus mengambil peran dan tanggungjawab terhadap masa depan negeri dan bangsa ini, melalui distribusi kader terbaiknya di berbagai posisi penting.

Kemandirian untuk Peradaban
Membersamai Indonesia 2022 ditunjuk sebagai Ketua Kepresidenan G20, tema yang diusung Muktamar ke-34 NU sangat relevan. G20 mengusung tema recover together, recover stronger (pulih bersama, pulih lebih kuat) menurut Menkeu Sri Mulyani Indrawati (11/11/2021), melahirkan tiga pilar penting. Pertama, peningkatan kualitas manusia atau sumber daya manusia pasca Covid-19 juga penting.

Mengembangkan pasar keuangan dan menangani infrastruktur, terutama infrastruktur dasar, perpajakan digital dan infrastruktur digital dapat menyediakan dan meningkatkan produktivitas.

BACA JUGA: Penyakit Ain dari Pandangan Mata Dapat Merusak Kehidupan Orang Lain

Kedua, meningkatkan daya tahan perekonomian Indonesia yang semakin tangguh dan berkelanjutan; dan ketiga, memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.  

Muktamar ke-34 ini, kata Imam Aziz, bertema “100 tahun NU: Kemandirian dalam Berkhidmat untuk Membangun Peradaban Dunia.

Mandiri iru berdaulat, misalnya dari sisi ekonomi dan pengelolaan sumber daya yang ada, kita sangat kaya tetapi belum berdaulat.

Ini yang harus direfleksikan ke depan. Sementara kemandirian warga NU di bidang ekonomi secara umum, belum sampai pada cita-cita yang diharapkan.

Menurut Aziz, ada tiga pilar kemandirian ekonomi warga NU, pertama, pengetahuan dan intelektual, karena itu pengembangan sumberdaya manusia menjadi sangat penting. Kedua, basis yang harus dikembangkan NU adalah teknologi, khususnya teknologi informasi.

Kita masih ketinggalan. Ketiga, perekonomian sebagian besar warga NU yang berbasis pertanian harus lebih dieksplorasi (tribunnews.com, 12/11/2021).  

Kemandirian ekonomi warga NU akan sangat penting bagi ikhtiar membangun peradaban dunia.

Bagi warga NU, kekuatan ekonomi musti penting, namun hanya ditempatkan sebagai wasilah atau instrument perjuangan hidup, bukan tujuan.

Boleh jadi perlu reorientasi teologi perekonomian yang baru. Karena itu, diharapkan, Muktamar ini mampu merumuskan strategis, terjangkau, bahkan disertai roadmap atau petajalan yang kongkrit, 2022-2027.

Kemandirian tanpa kekuatan dan keberdayaan ekonomi, tentu sangat tidak mudah dilakukan.

Karena itu potensi kaum muda dan generasi millennial NU, perlu terus menerus dan berkesinambungan diasah, diasuh, dan dipromosikan untuk bergerak secara massif, melalui platform-platform digital, agar dapat segera menambah kekuatan warga NU.

Dengan demikian, mimpi untuk berkontribusi membangun peradaban dunia, melalui kemandirian ekonomi berbasis ajaran Islam yang kaffah, diharapkan akan menjadi model pengembangan kemandirian yang bisa menjadi contoh.

Selamat ber-Muktamar ke-34, semoga mampu menghasilkan rumusan program, rekomendasi kepada pemangku kepentingan di negeri ini, dan terpilih Rais ‘Am dan Ketua Umum yang mampu mengemban amanah dan istiqamah membangun kemandirian dan ketegaran NU membangun peradaban dunia yang harmonis, damai, berbasis nilai-nilai ajaran agama madzhab aswaja. Allah a’lam bi sh-shawab.
 
*)Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA., guru besar Pasarjana UIN Walisongo Semarang, Sekretaris PWNU Jawa Tengah (1998-2000) dan Ketua PW LP Maarif NU Jawa Tengah (2000-2003), dan Sekretaris Dewan Pendidikan Jawa Tengah (2003-2011)***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *