18 November 2025 17:49
Cover Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang - Horisontal

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

Iben masih harus bertanya ke sana kemari untuk menemukan posisi rumah Lita.

Waktu mengantar dulu, sampai di Sukoharjo sudah memasuki malam.

Hari telah menjadi gelap.

Dia tidak ingat dengan pasti jalan menuju rumah Lita.

Setelah banyak bertanya, akhirnya sampai juga dia di depan rumah yang dicarinya.

“Permisi”

Tok… tok… tok…

BACA JUGA:Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 6 Halaman 84, 86, 87, 88, 89 Pembelajaran 1 Sub Tema 3 Masyarakat Sejahtera, Negara Kuat

Berulang kali iben mengetuk pintu rumah hingga jendela demi jendela tetapi tidak ada jawaban.

Tidak ada Lita, tidak ada paman atau kerabat Lita.

Rumah itu telah sepi seperti tidak berpenghuni lagi.

“Di mana Lita. Kok rumahnya sepi?” tanya Iben pada beberapa orang yang kebetulan lewat.

Tetapi mereka tidak tahu sama sekali.

Iben kemudian menghampiri ibu-ibu yang sedang duduk dan bergosip di teras rumah.

“Maaf, ibu. Adakah yang tahu, di mana Lita?” Iben masih dengan pertanyaan yang sama.

“Belum lama sekumpulan orang menjemput Lita,” jawab salah satu dari mereka.

“Bukannya bapak suaminya, kenapa tidak tahu?” tanya yang lainnya.

“Siapa yang menjemput Lita?! Ada yang tahu?” tanya Iben sedikit menyelidik.

“Ka..kami tidak tahu. Ada sekitar 5 orang laki-laki berpakaian hitam dan berbadan kekar. Mereka naik mobil warna hitam.”

“Apa kalian lihat waktu Lita masuk ke mobil? Apa kalian lihat bagaimana mereka memperlakukan Lita? Apa kalian tidak berpikir kalau itu tindak penculikan? Mengapa kalian diam saja?!”

BACA JUGA: Wujudkan World Class University, Unwahas Menyelenggarakan ISCoGI-5

Iben memberondong mereka dengan pertanyaan.

Tapi mereka hanya bengong, saling pandang.

Semua orang diam dan hanya bisa mematung.

“Kami hanya ibu-ibu tidak mungkin bisa melawan mereka. Kami hanya melihat dari jauh saja. Kami pikir mereka memang datang sengaja untuk menjemput Lita. Kami tidak punya prasangka apa-apa,” jawab satu orang yang dilanjutkan dengan anggukan oleh yang lainnya.

Iben merasa sudah tidak perlu lagi bertanya, apalagi menunggu jawaban yang lebih terang dari ibu-ibu itu.

Akhirnya, Iben bergegas meninggalkan ibu-ibu itu, yang di belakangnya kemudian menggunjing tentang Lita dengan dirinya.

Kebanyakan orang tidak ingin tahu masalah yang sebenarnya terjadi, tetapi mereka menceritakan apa yang mereka lihat dengan menambahkan sedikit bumbu penyedap.

Itu yang terjadi pada Lita sekarang ini.

BACA JUGA:Pantau Misa Natal di Semarang, Ganjar Beberkan Indahnya Toleransi

Dan setelah kepergian Iben, Lita dan suaminya yang masih sangat muda, ganteng, kaya, pejabat, menjadi trending topic pergunjingan warga kampung.

Kembali ke rumah dengan tubuh dan hati yang lelah, ini berarti Iben berada dalam keadaan akan sangat mudah marah.

Iben bisa saja pulang dan langsung meninju ayahnya seperti sambutan yang diberikan ayahnya beberapa hari lalu.

Tapi iben menyadari kemarahannya hanya akan menambah masalah, bukan hanya untuknya tapi juga untuk Lita.

Dia tidak tahu untuk apa dia melakukan semua itu, yang dia ingin hanyalah tidak ada lagi wanita yang terluka seperti ibunya.

Begitu membuka pintu pagar rumah dan Vespanya melintasi halaman, Mbok Siti kelihatan sudah menunggunya di depan pintu.

“Apa dia baik-baik saja Mbok?” tanya Iben pada Mbok Siti.

“Sepertinya tidak. Anak buah Tuan Theo memaksanya pulang tanpa memberikan sedikit waktu untuk berpamitan di makam ibunya. Mereka juga tidak segan-segan menyeret Neng Lita karena menolak diajak pulang.”

“Menyeret seorang wanita…?” gumam Iben.

BACA JUGA:dr Masrurotut Daroen : Harga Minyak Goreng Melambung, Tidak Usah Risau Waktunya Hidup Sehat

“Aku sudah tahu akan seperti ini, dan aku sudah berusaha untuk mencegahnya, tapi aku gagal,” keluh Iben.

“Sudahlah, Den. Ini bukan salah Den Iben. Sekarang yang harus kita lakukan bagaimana cara kita menghibur Neng Lita. Dia sedang mengurung diri di kamar dan tidak ingin bertemu siapa pun.”

“Di mana ayah?”

“Seperti biasa. Sudah pergi ke luar kota,” jawab Mbok Siti dengan raut kecewa.

Iben meninggalkan Vespanya di halaman.

Lalu masuk rumah dan langsung menuju ke kamar Lita.

Iben berulang kali mengetuk kamar Lita tetapi tidak ada jawaban.

Iben tahu Lita tidak mungkin tidur.

“Baiklah jika kamu tidak mau membuka pintu,” ucap Iben.

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *