Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)
OPINIJATENG.com –
‘Tutt… tutt… tutt…’
Setiap hari Iben selalu mencoba menghubungi saudara-saudaranya yang ada di luar negeri.
Ikang kakak tertuanya, anak kebanggaan ayahnya, kuliah manajemen bisnis di Boston, Amerika Serikat.
Theo selalu menuntun Ikang di jalan yang dia tentukan dan tidak membiarkan Ikang melirik ke arah lain selain yang ditunjuk olehnya.
Ikang sangat mirip dengan ayahnya dan mewarisi setiap sifatnya.
Sejak lulus SMA dia dikirim ke Amerika Serikat untuk kuliah di sana.
Ikang difasilitasi dengan baik dan cenderung berlebihan.
Sedangkan orang yang dari tadi tidak mau mengangkat telepon Iben adalah Ibas.
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 1
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 2
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 3
Ibas adalah anak kedua, kakak kesayangan Iben.
Ibas sangat pandai bermain musik, Dia punya kemampuan bermain musik dari usaha belajar sendiri.
Otodidak.
Dia bisa hebat dalam bermusik karena usaha dan kerja kerasnya.
Tapi sesungguhnya itu lebih terlihat sebagai bentuk pembangkangan bagi Theo.
Theo tidak pernah ingin anaknya menyentuh dunia lain selain bisnis atau politik, seperti dunianya sekarang.
Ibas melarikan diri ke Sydney, Australia, untuk belajar musik.
Dia tidak pernah mau menerima sepeserpun uang dari ayah dan ibunya.
“Kak, bisakah sekali saja kakak angkat teleponku sehingga aku tidak perlu meninggalkan pesan? Jadi, aku tidak perlu berbicara pada diriku sendiri dan berpura-pura kakak mendengarkanku? Ah, sudahlah… “
Iben diam beberapa saat, pandangannya menerawang ke arah langit-langit kamarnya yang tinggi.
“Kak, dari dulu aku mengagumimu dan sekarang aku semakin mengagumimu.
Kakak ingin tahu kenapa?
Karena kakak selalu melangkah di jalan kakak sendiri dan keberanian kakak melawan ayah adalah hal besar yang juga ingin aku lakukan suatu hari nanti.
Oh ya, selain kuliah apa kakak masih suka tampil dari kafe ke kafe?
Apa karena itu kakak sangat sibuk sehingga tidak ada waktu untuk mengangkat telepon dariku dan ibu?
Apa kakak tidak ingin pulang?
Indonesia butuh pemusik yang berkualitas sepertimu kak, dan aku butuh kakak yang kusayangi.
Hm… Hari ini ibu sangat bahagia karena ayah pulang, dan aku ingin melihat kebahagiaan itu lagi saat kakak pulang.
Walau aku menghabiskan setiap waktu bersama ibu, aku tidak bisa memiliki hatinya hanya untuk diriku sendiri.
Hal yang paling penting yang ingin aku katakan padamu adalah ibu merindukanmu.
Klek!
Iben mematikan handphonenya dan melemparnya ke ujung tempat tidur. Lalu dia menutup wajahnya dengan bantal.(Bersambung)
KOMENTAR : weesenha@gmail.com***