23.2 C
Central Java
Sabtu, 14 Juni 2025

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 66

Banyak Dibaca

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

Lita memetik beberapa bunga mawar yang beraneka warnanya.

Ketika sedang sibuk memetik mawar, Mbok Siti keluar rumah dengan menjinjing keranjang belanjaan dari rotan.

Entah sudah berapa lama keranjang rotan itu menemani Mbok Siti ke pasar untuk belanja kebutuhan harian.

“Mau ke pasar, Mbok?” tanya Lita.

“Iya, Neng. Mau bikin nasi goreng, ternyata sudah tidak punya terasi. Hihihi…,” jawab Mbok Siti sambil tertawa.

“Belum bisa bikin nasi goreng deh. Mbok ke pasar dulu ya, Neng. Cari terasi dan kebutuhan lainnya. Sepulang dari pasar nanti baru Mbok bikinkan nasi gorengnya,” lanjut Mbok Siti sambil berjalan mendekati Lita.

BACA JUGA:Mengalami Badai Irama Jantung, Sebabkan Haji Lulung Meninggal Dunia

“Iya, gak papa, Mbok. Saya juga belum lapar. Nanti sarapan nasi gorengnya agak siang dikit malah asyik.”

“Neng Lita mau pesen apa?” tanya Mbok Siti.

“Mmm, apa ya? Oh ya, di pasar ada kios bunga to, Mbok? Tolong belikan beberapa tangkai bunga sedap malam ya?” berkata demikian, Lita menundukkan kepala.

Mbok Siti diam sebentar.

Tak ada kata meluncur dari mulutnya.

Bahkan kening Mbok Siti berkerut mendengar permintaan Lita.

Lita sendiri lalu mendongakkan kepala.

BACA JUGA:Ini Manfaat Konsumsi Buah Jeruk, Ternyata Dapat Melindungi Kesehatan Jantung Kita

Melihat wajah Mbok Siti yang diam melihat tajam langsung ke mata Lita.

“Kenapa, Mbok? Apakah ada yang aneh? Aku juga ingin kamarku ada bunga sedap malam, selain bunga mawar yang ini,” kata Lita sambil sedikit mengangkat untaian bunga mawar yang ada di tangannya. Tangannya yang satu mengelus bunga-bunga itu dengan lembut.

“Ah, gak papa, Neng. Baguslah kalau Neng juga suka bunga sedap malam. Mendiang Bu Ipo memang sangat suka dengan harumnya bunga sedap malam. Saya yang selalu membelikan bunga itu di kios di belakang pasar.” Mbok Siti seolah memberikan penerangan pada Lita tentang kesukaan Ipo pada bunga sedap malam.

“Aku juga suka kok, Mbok. Jadi tidak ada salahnya kan kalau aku lanjutkan membeli dan memajang bunga sedap malam di kamarku dan kamarnya?” Lita berkata seperti bergumam pada dirinya sendiri.

“Tentu Neng tidak salah. Malah bagus itu. Tetapi Neng perlu berhati-hati dengan Den Iben. Kalau sampai dia salah paham dengan keinginan Neng, bisa kacau nanti. Dia tidak ingin ada orang lain mengusik apapun peninggalan Bu Ipo.” Mbok Siti melanjutkan penjelasannya.

“Iya, Mbok. Aku mulai memahami Iben. Nanti aku coba bicara baik-baik padanya. Semoga dia mau mengerti.” kata Lita dengan kembali menundukkan kepala.

BACA JUGA: Tempat Terlarang Menyimpan Ponsel

“Iya, Neng. Mbok berangkat ke pasar dulu ya. Kesiangan nanti malah jadi nggak dapat terasi. Hihihi…” berkata begitu, Mbok Siti berjalan meninggalkan Lita. Wajahnya tersenyum ceria.

“Iya, Mbok. Jangan lama-lama di pasar ya. Ntar aku juga keburu kelaparan…” Lita pun tersenyum sambil setengah bercanda.

Sebentar saja, Mbok Siti sudah hilang dari pandangan.

Lita lalu masuk ke rumah.

Langsung ke kamarnya, menaruh bunga mawar pada vas bunga di atas meja riasnya.

Lalu masuk kamar mandi.

Mandi pagi dengan air sejuk.

Pagi ini Lita benar-benar merasa segar.

Usai mandi, Lita duduk di depan meja rias.

Menyisir rambut.

Membedaki kedua pipi.

Mengoles bibir dengan lipstik.

Tipis saja.

BACA JUGA:Sikap Terbaik Rasululloh yang perlu Kalian Tahu

Saat dia memantas-mantas make up wajahnya, tiba-tiba matanya tertancap pada foto berpigura di dinding yang berseberangan dengan meja riasnya.

Lita terpaku sejenak melihat foto itu dari cermin.

Dia sudah sering melihat foto itu.

Bahkan dia pernah minta pada Theo untuk menurunkan foto itu.

Foto Theo berdua Ipo, dalam pose santai.

Theo memakai celana dan baju hem biasa lengan pendek.

Sedang Ipo memakai baju rok terusan berenda di bagian depan.

Nampaknya foto itu diambil waktu Theo dan Ipo masih sangat muda.

Usia di awal-awal pernikahan mereka.

Theo tampak tersenyum merangkulkan tangan ke bahu Ipo.

Sedang Ipo juga tersenyum sambil menyenderkan kepala ke bahu Theo.

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer