23.9 C
Central Java
Sabtu, 14 Juni 2025

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 26

Banyak Dibaca

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM –

Kabar Ibas yang sedang berada di Indonesia menyebar sangat cepat setelah berita kematian ibunya diliput oleh media.

Ibas selalu menyembunyikan keluarganya dari media dan kematian ibunya adalah pertama kalinya keluarga Ibas terekspos oleh media.

Ibas tidak ingin orang lain tahu tentang keluarganya, itulah yang menjadi salah satu alasan Ibas pergi ke Australia.

Selama Ibas di Australia anak didiknya yang datang untuk menemuinya dan sekarang saat Ibas sedang di Indonesia dia menyempatkan diri untuk menemui mereka.

“Bos sudah cukup lama di Indonesia tapi baru sekarang menemui kami,” kata Selly, asistennya yang menjadi manajer artis-artisnya di Indonesia.

“Aku butuh waktu untuk menata diri,” jawab Ibas.

“Maaf Bos, tapi apa sekarang Bos baik-baik saja?” Tanya Selly lagi.

“Tentu saja, berkat do’a dan ungkapan belasungkawa kalian. Terimakasih,” Ibas tersenyum pada semua yang duduk di hadapannya.

“Geo, sepertinya kamu yang harus membayar bon untuk makan kita hari ini,” kata Ibas pada Geo yang sedang asyik dengan handphonenya.

“Eh maaf Bos, tapi itu…” Wajah penyanyi yang tampan itu berubah pucat.

“Iya maka dari itu kamu harus bayar pajak karena berpacaran dengan artis yang sedang naik daun hahaha…” Ledekan Ibas disambut tawa oleh yang lainnya.

“Aku sama sekali tidak melarang dan tidak ikut campur dengan urusan percintaan kalian. Tapi aku minta kalian buat berita besar karena prestasi bukan sensasi.”

“Siap Bos!” jawab mereka serempak.

“Anu Bos.. maaf ya,” ucap Geo.

BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 24
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 23
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 22
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 21

“Kamu salah satu yang terbaik Geo. Tapi kamu harus bayar pajak baru permintaan maaf bisa kami terima,” Ibas memotong omongan Geo.

Semua menikmati santapan lezat dengan bersenda gurau.

Kafe tempat di mana mereka berada adalah kafe elit yang biasa dikunjungi orang-orang kalangan atas.

Biasa digunakan untuk rapat para pejabat hingga tempat nongkrong para artis.

Bukan pertama kalinya Ibas ke kafe itu, tapi untuk pertama kalinya Ibas mendapat hal yang tak terduga.

“Gimana Bos untuk tawaran konser kita? Semenjak Bos ada di Indonesia banyak tawaran yang datang tapi sejauh ini konser kolaborasi kita menjadi tawaran paling besar dan menarik,” kata Selly.

“Bener banget Bos, sejak Bos di Australia jarang ada kesempatan buat kita sepanggung,” tambah yang lainnya.

Ibas terlihat sedang berpikir meskipun sebenarnya dia tidak bisa berkonsentrasi karena apa yang dilihatnya.

Di meja yang cukup jauh, Ibas melihat Theo dan beberapa orang berjas dan berdasi sedang mengadakan pertemuan.

Orang-orang itu tidak Ibas kenali karena tidak pernah dia temui di kantor atau di rumah, maka Ibas bisa menebak itu bukan urusan perusahaan.

Ayahnya menemui mereka sebagai Wakil Ketua DPR, dan mereka para pejabat dan elit partai yang sedang membuat kesepakatan.

Kadang mereka berbicara pelan dan sangat serius dan tertawa keras setelah itu.

“Bos bagaimana?” Suara itu mengagetkan Ibas.

“Oke kita buat konser sebelum aku kembali ke Australia.”

“Yeeeyyyy! Horeeee…!” Semua bersorak senang.

“Semua teman kita harus terlibat. Kita akan buat album kompilasi anti korupsi. Semua lagu akan aku siapkan dan kalian harus siap. Semua ini harus selesai dalam jangka waktu satu bulan. Konser diadakan tepat sehari sebelum aku pergi ke Australia.”

“Korupsi? Anti korupsi? Satu bulan?” Semua orang terkejut dan suasana menjadi tegang.

“Iya buatlah karya seni yang tidak hanya berbicara cinta dan patah hati. Ada yang keberatan?” tanya Ibas menatap satu-persatu teman-temannya.

“Tidak Bos, kami hanya terkejut.”

“Buat orang lain terkejut juga, beritakan rencana ini dengan partner media kalian. Semua orang harus tahu rencana peluncuran album kompilasi tapi jangan beritakan tentang konser.”

“Segera susun proposal untuk sponsor. Saya yakin, dengan tematik anti korupsi, akan banyak pihak mendukung kita.”

“Kita harus membuat kejutan, tunjuk stasiun televisi nomor satu untuk menyiarkan konser kita secara live. Dan beberapa pejabat pemerintahan akan menjadi tamu undangan kehormatan.”

“Kami selalu tidak bisa menebak jalan pikiranmu,” ucap Selly kagum.

“Berada di luar negeri bukan berarti aku tidak mencintai Indonesia dan aku pikir korupsi adalah masalah utama yang harus ditangani. Terus terang, aku muak melihat tingkah dan gaya para pejabat yang sok jaim di depan publik. Tapi di belakang punggung kita, mereka pesta pora menjarah uang rakyat.”

“Kita bukan aparat tapi kita bisa melakukan hal yang membantu, walau sekedar dorongan moral, dengan kemampuan kita sebagai seniman. Jiwa anti korupsi harus ditanamkan di hati rakyat Indonesia, seperti musik yang selalu ada di hati mereka. Kita pakai musik untuk kampanye anti korupsi. Kalau Iwan Fals bisa, mengapa kita tidak bisa?. Apa kalian siap?!”

“Siappp…!” (bersambung)

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer