26.7 C
Central Java
Selasa, 24 Juni 2025

Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 24

Banyak Dibaca

Sejak Minggu 24 Oktober 2021, OPINIJATENG.com menyajikan novel “Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang” karya Wardjito Soeharso, novelis asal Kota Semarang, secara bersambung (serial). Semoga bermanfaat. (red)

Wardjito Soeharso

OPINIJATENG.COM

Bagian 4

RELUNG-RELUNG JIWA YANG SEPI

Perpustakaan selalu menjadi tempat pelarian bagi Iben, tapi tidak untuk hari itu.

Iben kembali teringat pada Ipo, ibunya.

Dia sangat merindukan ibunya yang selalu menjadi tempatnya mengungkapkan betapa dia sangat membenci ayah.

Ibu yang sangat membela suaminya tanpa ingin menyakiti perasaan anaknya sedikit pun.

Ibu selalu berkata, “Jangan begitu, dia kan ayahmu” atau “maafkan ayahmu, ya” atau bahkan berkata, “jika kamu marah pada ayah, ibu merasa kamu sedang marah pada ibu juga.”

Itu yang selalu ibu katakan setiap aku bercerita tentang keburukan ayah, Iben berbicara sendiri di kamar ibunya.

“Maaf, Den,” suara Mbok Siti mengagetkan Iben, “Ada sesuatu yang Mbok temukan saat ibu meninggal.”

“Apa Mbok?! Cepat berikan padaku Mbok.”

“Iya, Den. Sebentar,” jawab Mbok Siti yang kemudian membuka laci meja Ipo.

Dia mengeluarkan dua buah amplop.

BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 1
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 2
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 3
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 4
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 5
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 6
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 7
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 8
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 9
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 10
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 11
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 12
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 13
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 14
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 15
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 16
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 17
BACA JUGA : Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 18

“Surat?” Tanya Iben.

“Saya tidak tahu, Den. Saya tidak berani membukanya. Tapi dua amplop itu ada di lantai kamar saat Ibu meninggal. Sepertinya itu milik ibu.”

Demikian penjelasan Mbok Siti sebelum pamit pergi karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan.

Iben membuka kedua amplop yang ternyata isinya surat untuk Ikang dan Ibas.

Iben kecewa, dia tidak percaya ibunya tidak meninggalkan pesan apapun padanya.

Iben segera membuka laci meja dan berharap ada satu amplop lagi yang tertinggal di sana.

Ternyata Iben tidak menemukan apapun walau telah mencari ke seluruh sudut kamar.

“Hari ini ayah menyakitiku dan ibu juga ikut-ikutan menyakitiku. Kenapa ibu tidak meninggalkan surat untukku? Apa karena ibu tidak sayang padaku, apa karena ibu pikir aku tidak merindukan ibu dan tidak akan kehilangan ibu?”

Iben menggumam sendirian sambil memperhatikan dua amplop surat itu.

Amplop itu belum direkatkan, masih terbuka. Dia lalu mengambil surat yang ada di dalamnya dan mulai membaca.

Untuk Ikang di Amerika,

Maafkan ibu karena menulis surat ini untukmu, nak.

Ibu sama sekali tidak bermaksud untuk mengganggumu.

Ibu hanya ingin tahu keadaanmu di sana.

Ibu putus asa karena kamu tidak pernah menjawab panggilan dan SMS dari ibu.

Apa kamu marah pada ibu?

Maafkan ibu yang tidak bisa jadi ibu yang baik bagimu.

Dan ibu memohon kepadamu balas pesan ibu meski hanya sekali saja.

Ibu hanya ingin memastikan anak ibu baik-baik saja.

Ibu ingin mendengar keadaan anak ibu bukan dari orang lain.

Sekarang apa yang sedang kamu lakukan?

Apa cuaca di sana cocok untukmu?

Kamu harus menjaga kesehatan dan kurangilah minum alkohol karena ibu khawatir.

Ibu tidak ingin bertanya bagaimana kuliahmu di sana, ibu hanya mendoakan kamu selalu mendapatkan yang terbaik di sana dan dimudahkan segala urusanmu.

Ikang, ibu berharap kamu membaca surat ini.

Maafkan ibu jika ibu terlalu banyak berkata ‘ibu menyayangimu’ daripada mengungkapkan ‘ibu menyayangimu’.

Percayalah pada ibu nak, baik itu perkataan ataupun perbuatan, ibu selalu menyayangimu dan merindukanmu.

Ibu tidak ingin hal buruk terjadi padamu saat kamu jauh.

Jaga dirimu baik-baik.

Salam hangat ibu.

Lalu Iben mengambil surat kedua dan membacanya.

Untuk Ibas tersayang di Australia

Apa kabar nak?

Ibu selalu menanyakan hal itu pada putra ibu, tetapi tidak pernah mendapatkan jawaban.

Apa yang bisa ibu lakukan saat terjadi sesuatu padamu?

Apa yang harus ibu lakukan saat ibu merindukanmu?

Apa yang harus ibu katakan pada adikmu saat dia bertanya tentangmu?

Maafkan ibu nak, ibu telah gagal menjadi seorang ibu yang baik bagi putra kesayangan ibu.

Maafkan ibu yang tidak bisa memahami apa yang diinginkan putra-putra ibu.

Maafkan ibu yang tidak berdaya di hadapan ayah.

Maafkan ibu.

Ibu sangat bangga dan bahagia saat melihat berita tentang karirmu yang sukses di media.

Kamu sudah berhasil dengan impianmu, ibu ingin yang terbaik untukmu meskipun ibu hanya mampu mendoakan untuk kesuksesanmu.

Percayalah bahwa ibu selalu mendukungmu.

Adikmu tidak pernah berhenti bertanya tentang keadaanmu.

Dia selalu memantau berita tentangmu untuk memastikan kamu baik-baik saja.

Dia juga sangat merindukanmu, sama seperti ibu. Kami menyayangimu, Ibas.

Tidakkah kamu punya rencana untuk pulang?

Kau harus mengajarkan banyak hal pada adik yang sangat mengagumimu.

Ibu sangat bersalah karena membiarkanmu berada di negeri orang sendirian dan ibu tidak mampu untuk memberikan apa pun.

Ibu berdosa untuk hal ini.

Ibu tahu kamu anak yang tangguh dan mampu melewati semua rintangan tanpa bantuan siapa pun.

Setidaknya beritahu ibu bahwa kamu baik-baik saja.

Ibu selalu berharap agar kamu selalu bahagia dan tidak pernah terluka.

Salam hangat dari ibu. (Bersambung)

KOMENTAR : weesenha@gmail.com***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer