23.9 C
Central Java
Sabtu, 14 Juni 2025

DMI dan MUI Karanganyar Siapkan Ulama dan Da’i Millenial

Banyak Dibaca

OPINIJATENG.COM – Alkisah, suatu hari, seorang jamaah, begitu nyenyak “tidur” karena “saking asyiknya menyimak khutbah sang Khathib.

Sampai-sampai Ketika kumandang iqamat si Bilal dilantunkan, rupanya masih belum bangun, akhirnya dibangunkan oleh jamaah sebelahnya.

Yang aneh, si jamaah yang tidur tadi, komentar, “Bagaimana Shalat Jumat, kok tidak ada khutbah?”.

BACA JUGA:Jokowi Resmikan Bendungan Pidekso Wonogiri, Semoga menjadi Pengungkit Kemakmuran

Tanpa sadar bahwa ia tertidur sejak Bilal mngumandangkan adzan pertama.

Persoalan khutbah bisa menjadi salah satu hal yang, boleh jadi membawa jamaah ngantuk atau tertidur.

Mungkin tema yang disampaikan kurang menarik, tidak jelas temanya, intonasi dan ritme bahasanya kurang menggugah atensi jamaah, dan bahkan mungkin ada yang bacaan Arabnya kurang fasih.

Sementara berhadapan dengan perkembangan sains dan teknologi, utamanya digital dan artificial intelegensi, menuntut respons yang proporsional dan tepat, agar masyarakat bisa mengikutinya dengan baik.

BACA JUGA:Bupati Banyumas Menerima Kedatangan Danar Widianto, Peserta X Factor

Dalam rangka merespons hal-hal tersebut, Pimpinan Daerah DMI (Dewan Masjid Indonesia) bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Karanganyar menggelar Orientasi Kader Ulama (OKU) yang lebih spesifik “Pembekalan Da’i dan Khathib se-Kabupaten Karanganyar, Rabu, 29/12/2021 di Aula Islamic Center Karanganyar.

Saya mendapat kehormatan mewakili Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, menghadiri dan memberi sambutan arahan.

Acara ini diikuti oleh 250 peserta dari DMI dan Khathib se Kabupaten Karanganyar, Pengurus DMI dan MUI 17 Kecamatan se Karanganyar, ditambah pengurus DMI dan MUI Kabupaten Karanganyar. 

BACA JUGA:Lirik Lagu Tak Bisa Ke Lain Hati Hits 90’an Kla Project

OKU ini merupakan agenda strategis tahunan, untuk melakukan refreshment atau penyegaran kembali tentang tugas pokok, fungsi, serta peran Da’i dan Khathib dalam memandu jamaah dan warga masyarakat agar terus merawat Iman, Islam, dan Ihsannya secara istiqamah.

Sebagaimana Firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat (41): 30).

Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al-Hadid (57): 20).

BACA JUGA:Di Balik Bayang-bayang Kasih Sayang – 64

Syeikh Hasan al-Bashri ketika menasihati Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz, yang sangat dikenal kesederhanaan dan kehati-hatiannya di dalam menggunakan fasilitas kedinasan dan keperluan pribadi dan keluarganya.

Kata Syeikh Hasan al-Bashri: “Sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan bukan rumah tinggal selamanya. Orang yang berhasrat kepada dunia, akan meninggalkannya. Orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin (di akhirat). Penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi kepadanya, padahal, demi Allah, itulah   letak kebinasaannya”.

Kehidupan dunia yang karakteristiknya adalah membuai atau bahkan menipu, karena itu manusia diingatkan akan kematian yang setiap saat pasti akan menjemputnya (QS. Ali ‘Imran (3): 185).

Salah satu media yang sangat efektif adalah melalui dakwah, dan di antaranya adalah khutbah Jumat.

BACA JUGA: Doa Sebelum Membaca Al-Quran serta Adabnya

Shalat Jumat merupakan kewajiban shalat berjamaah di hari Jumat, dilaksanakan dengan diawali dengan khutbah Jumat, dan shalat dua rakaat.

Oleh karena itu, khutbah yang merupakan rangkaian ibadah, maka syarat dan rukun khutbah juga harus dipenuhi.

Adapun syarat khutbah:

a. Khatib harus laki-laki;

b. Khatib harus suci dari hadats besar maupun kecil;

c.Khatib harus menutup aurat;

d. Khatib harus berdiri bila mampu;

e. Khutbah harus dilakukan pada saat dzuhur usai adzan shalat Jumat;  

f. Isi rukun khutbah baik yang pertama dan kedua harus didengar oleh jamaah sekurang-kurangnya 40 orang jamaah pria;

g. Khatib harus duduk sebentar dengan thuma’ninah atau mengistirahatkan sebentar dirinya di antara dua khutbah;

BACA JUGA: Belajar Membuang Penyakit Iri dan Dengki

h. Khutbah pertama dengan kedua harus dilaksanakan secara berturut-turut, begitu pun antara khutbah dengan salat Jumat; dan

i. Rukun-rukun khutbah Jumat harus disampaikan dengan bahasa Arab.

Adapun rukun khutbah sebagai berikut:

a. Khutbah shalat Jumat wajib dimulai dengan bacaan hamdalah yaitu lafadz memuji Allah SWT.

Misalnya seperti lafadz Alhamdulillah, atau Ahmadullah, atau innal hamda-lillah;

b. Shalawat kepada Nabi SAW. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW wajib dilafadzkan dengan jelas. Paling tidak ada ucapan shalawat seperti shalli ala Muhammad, atau as-shalatu ala Muhammad atau ana mushallai ala Muhammad.

c. Membaca dua kalimat Syahadat;

d. Ajakan untuk Taqwa kepada Allah SWT. Sederhananya adalah perintah, ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT; dan

e. Membaca ayat suci Al-Quran di salah satu khutbah-nya. Paling tidak, khatib bisa membaca minimal satu kalimat dari ayat suci Al-Quran saat sedang khutbah.

Da’i dan Khathib dituntut untuk fathanah membaca tanda-tanda dan perkembangan zaman, termasuk teknologi.

Karena itu, acara orientasi kader ulama dan da’i ini, diharapkan dapat menghasilkan khathib dan responsif dan menarik, agar supaya generasi millennial, tidak mengaji ke dunia digital saja, yang tidak jarang “ustadz”-nya, tidak memiliki keilmuan yang jelas, apalagi sanadnya.

Selamat kepada Pimpinan Daerah DMI dan MUI Kabupaten Karanganyar, semoga ikhtiar mulia ini mampu menghasilkan khathib/da’i yang andal dan sangat disenangi masyarakat. Allah a’lam bi sh-shawab.
 
*)Prof. Dr. Ahmad Rofiq, MA. Anggota Dewan Pakar Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Tengah, Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Guru Besar Pascasarjana dan FSH UIN Walisongo Semarang, Direktur LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua DPS Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, Anggota BPS BPRS Bina FInansia, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah MES Pusat, dan Anggota Dewan Penasehat IAEI Pusat.***

Artikel Terkait

Artikel Terakhir

Populer